Ratusan siswa dan guru di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Desa Jadimulya, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) terlihat sedih dan tertawa. Hal itu ketika Inug Dongeng mengisahkan seoarang anak yang melarang keluarganya dan warga di dusunnya untuk mengusir gajah yang masuk ke kebunnya dengan cara kasar.
- Misteri Nekara Air Puar Lahat yang Hingga Kini Belum Terpecahkan
- Pasokan Habis, Kyiv Akui Sangat Bergantung pada Bantuan AS
- Bunga Rafflesia Tumbuh di Paiker Empat Lawang
Baca Juga
“Siapa yang lebih dulu hidup di sini (Air Sugihan), gajah atau manusia?,” Tanya inug seusai pertunjukan dongeng, Sabtu (15/7).
Sontak seluruh siswa yang menyaksikan menyerukan “Gajah!,” jawab puluhan siswa dengan lantang.
“Nah maka kita harus hormat dan sayang dengan gajah, kita harus berbagi tempat hidup dan makanan, tidak boleh berkata dan bertindak kasar dengan gajah, sebab kalau gajah marah, kita akan rugi,” sambung Inug.
SDN 1 Desa Jadimulya merupakan sekolah pertama dari delapan sekolah yang mendengarkan dongeng tentang gajah dari Inug Dongeng. Mulai dari SD 1 Desa Jadimulya, SDN 1 dan 2 Desa Sido Makmur, SDN 1 dan 2 Desa Banyubiru, SDN 1 Srijaya Baru, MI Nurul Huda Desa Srijaya Baru, dan SDN 1 Sukamulya.
Pertunjukan dongen tersebut merupakan bagian dari kegiatan “Gajah dan Manusia Hidup Harmonis”, kolaborasi dari Belantara Foundation, Forest Wildlife Society, dan Rumah Sriksetra.
Didukung KNCF (Keidanren Nature Consevation Fund) yang berbasis di Jepang, kegiatan ini bertujuan untuk mengedukasi para siswa di Kemacatan Air Sugihan tentang gajah yang berlangsung dari Juli-September 2022 mendatang.
Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dolly Friatna mengatakan bahwa Lanskap Padang Sugihan merupakan salah satu kantong populasi gajah yang memiliki peluang hidup jangka panjang. Oleh sebab itu, kegiatan ini ditujukan untuk program konservasi gajah di kawasan tersebut.
“Ada pelatihan mitigasi konflik manusia dan gajah, edukasi dan penyadartahuan anak tentang gajah dan ekosistemnya serta penanaman pakan gajah dan penggaraman tanah untuk penambahan nutrisi,” kata Dolly dikutip dari keterangan tertulis.
Dolly berharap, program ini dapat menguatkan program konservasi gajah yang telah dilakukan sebelumnya. Sehingga mendorong terwujudnya harmonisasi dan koeksistensi kehidupan gajah dan manusia di Padang Sugihan, Kabupaten OKI.
Tidak hanya melalui Dongeng, merajut keharmonisan gajah dan manusia kali ini juga dilakukan pembuatan lagu dan film documenter. Film tersebut akan menceritakan cuplikan pertunjukan dongeng, pandangan pakar gajah, pemerintah desa, tokoh masyarakat, para guru, serta tidak ketinggalan para siswa di Air Sugihan.
“Film ini selain diputar di kanal Youtube kami, Rumah Sriksetra, juga akan diputar keliling pada delapan sekolah di desa yang berbatasan dengan koridor gajah, yakni Sugihan-Simpang Heran,” kata Taufik Wijaya dari Rumah Sriksetra, komunitas film documenter lingkungan dan budaya.
Dirinya berharap, dampak dari kegiatan ini dapat menimbulkan pengetahuan dan pemahaman pada generasi muda di Air Sugihan. Sehingga keharmonisan hidup antara gajah dan manusia dapat benar-benar terwujud.
“Saya harap saat ini dan mendatang mereka dapat hidup berdampingan, berbagi, dan harmonis dengan gajah,” pungkasnya.
- 307 Kades di Ogan Komering Ilir Bakal Terima SK Perpanjangan Masa Jabatan
- Puluhan Santri Pondok Pesantren Bait Al Quran Kayuagung Diungsikan Akibat Kabut Asap
- Benahi Birokrasi, Pemkab OKI Luncurkan Layanan Digital Kepegawaian