Mahasiswa Bergerak, Tuntut Tanggung Jawab Pencegahan dan Penanganan Karhutla di Sumsel

Demo mahasiswa di Kantor Gubernur sempat memanas lantaran terlibat aksi saling dorong dengan petugas/Foto:RMOLSumsel
Demo mahasiswa di Kantor Gubernur sempat memanas lantaran terlibat aksi saling dorong dengan petugas/Foto:RMOLSumsel

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Palembang bersama organisasi kampus lainnya yang tergabung dalam Koalisi Mahasiswa Pemuda Sumatera Selatan menyoroti permasalahan Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di Sumsel yang hingga kini tak kunjung selesai. 


Mereka mendatangi kantor Gubernur dengan menggelar aksi damai, mendesak Pj Gubernur Agus Fatoni mengambil tindakan tegas atas sejumlah permasalahan terkait karhutla ini. Mulai dari memecat Kepala Dinas LHP karena dinilai tidak becus dalam pencegahan dan penangan karhutla sampai mencabut izin perusahaan yang menyebabkan.

Bahkan massa juga meminta Kapolda Sumsel untuk mundur secara terhormat sebagai bentuk tanggung jawab karena tidak bisa mengatasi karhutla dan menegakkan hukum terhadap perusahaan yang melanggar, sesuai dengan janji yang disampaikan oleh Presiden Jokowi, dalam rapat pimpinan Polri-TNI beberapa waktu lalu.

Suasana sempat memanas, terjadi aksi saling dorong antara peserta aksi dan pihak pengamanan dari kepolisian dan satpol PP di areal Kantor Gubernur Sumsel pada aksi Selasa (31/10) itu. "Kenapa kami tidak boleh, apakah tindakan kami ini pidana. Padahal kami tertib menjalankan aksi ini, justru teman kami yang mendapatkan tindakan kekerasan dari aparat," kata Koordinator Aksi, Nazori.

Tak ingin berlarut, rombongan massa mengambil inisiatif melanjutkan aksi ke Polda Sumsel. Ketua umum HMI Cabang Palembang Chandra menyampaikan bahwa mahasiswa dan masyarakat di Sumsel mengajuka mosi tidak percaya kepada Polda Sumsel dalam penanganan dan penegakan hukum kasus kebakaran hutan dan lahan di Sumsel yang tidak kunjung tuntas. 

Dikatakan Chandra, kepolisian bersama TNI dan pemerintah daerah Sumsel gencar melakukan mitigasi pencegahan karhutla tapi kenyataannya karhutla masih terjadi di Sumsel. 

"Percuma kalau dilakukan pencegahan tapi karhutla masih terjadi di Sumsel. Karena tidak ada tindakan tegas kepada korporasi yang telah membakar lahan. Kalau masyarakat yang membakar cepat ditindak namun sebaliknya kalau perusahaan yang membakar aparat kepolisian lamban memprosesnya,"jelasnya. 

Maka dari itu, mahasiswa meminta kepada presiden untuk mencopot Kapolda Sumsel, Pangdam II Sriwijaya dan Danrem karena mereka sebagai Satgas penanganan karhutla di Sumsel harus bertanggung jawab dengan karhutla yang terjadi di Sumsel. 

"Bukankah presiden telah menyampaikan statmen nya kalau didaerah terjadi Karhutla maka yang paling bertanggung jawab Kapolda dan Pangdam untuk kami agar Kapolda secara terhormat untuk mengundurkan diri sebagai Kapolda Sumsel karena tidak bisa menangani karhutla,"tegasnya. 

Dalam aksinya di Polda Sumsel, para mahasiswa meminta untuk bertemu dengan Kapolda Sumsel Irjen Pol Albertus Rachmad Wibowo, namun permintaan mahasiswa tidak dipenuhi karena Kapolda sedang tidak berada ditempat. Akhirnya, karena tidak berhasil menemui Kapolda, massa kemudian membubarkan diri dan berjanji akan kembali melanjutkan aksinya pada 3 November 2023 sampai tuntutan mereka untuk bertemu dengan Kapolda bisa dipenuhi. 

Kabut asap yang menyelimuti Griya Agung Palembang/Foto:RMOLSumsel

Sementara itu, dari data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), kualitas udara di Palembang berada pada level berbahaya, dengan konsentrasi partikulat atau PM 2.5 berada di angka 186.90 Ugram/m3 pada Selasa pagi sekitar pukul 07.00WIB. 

Terus meningkat setiap jamnya, sampai kabut asap terasa dan terlihat jelas pada siang hari sekitar pukul 12.00 WIB. Dari pantauan Kantor Berita RMOLSumsel, rumah jabatan Gubernur Sumsel, Griya Agung bahkan terlihat dipenuhi kabut asap. Namun, cuaca mulai berangsung cerah saat sebagian kota Palembang diguyur hujan sekitar pukul 14.00 WIB. 

Terpisah, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Selatan Iqbal Ali Syahbana mengatakan, saat ini Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) merupakan wilayah terluas yang terbakar dan hingga sekarang belum padam. Sulitnya pemadaman karhutla di OKI lantaran kondisi kawasan yang merupakan gambut. Selain itu, petugas pemadam juga mengalami kendala dikarenakan air di kanal kini telah mengering.

“Hujan di OKI kemarin belum merata, sehingga gambut yang padam hanya sebagian kecil. Kami masih terus mengupayakan pemadaman,” kata Iqbal melalui sambungan telepon, Selasa (31/10/2023).

Iqbal menerangkan, di Kabupaten OKI, Kecamatan Jungkal adalah lokasi yang paling parah terbakar. Sebab, lokasi tersebut merupakan kawasan gambut yang luas serta memiliki kubah gambut. Sehingga, proses pemadaman yang paling efektif adalah hujan. Untuk mempercepat terjadinya hujan, BPBD pun telah memperpanjang upaya Teknik Modifikasi Cuaca (TMC) hingga 4 November 2023 mendatang.

“Selama ini hanya dilakukan penyemaian saja, namun sekarang kami menggunakan kapur tohor untuk mengikat asap. Kapur tohor ini disemaikan pada sortie pertama, kemudian sortie kedua baru disemaikan garam,”jelas Iqbal.

Asap karhutla tersebut terbawa angin hingga di ketinggian di atas 1.200 kaki. Hal itu memuat pertumbuhan awan penghujan menjadi terganggu. Sehingga, kapur tohor yang disemaikan akan menghalau asap sehingga pertumbuhan awan hujan akan cepat terbentuk. “Dalam satu kali sortie ada 1.000 ton kapur tohor yang disemaikan ke awan, begitu juga dengan garam,”kata Iqbal.

Di tempat lain, Kepala Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan Lahan Wilayah Sumatera Ferdian Kristanto menambahkan, beberapa wilayah di Kabupaten OKI hari ini telah turun hujan. Namun, lokasi yang terbakar seperti di kawasan Jungkal hingga sekarang belum terjadi hujan, sehingga kebakaran pun belum mereda.

Ferdian menerangkan,untuk menghalau api terus meluas mereka melakukan penambahan pasukan yang berasal dari Kabupaten Muba dan Jambi. “Selain itu Kapolda juga menugaskan 50 personel BKO di OKI hari ini bergabung juga, plus tambahan 30 orang dari Gakkum KLHK,”ungkap Ferdian.

Fokus pemadaman pun kini dilakukan di kawasan Jungkal yang merupakan areal gambut. Lokasi ini telah dua bulan terbakar dan hingga kini masih belum padam. “Jungkal masih ada 60 orang Manggala Agni untuk melakukan pemadaman,”jelasnya.