Maestro Tari Sumsel Anna Kumari Hibahkan Tiga Benda Kesayangannya

Pelestari Budaya Palembang dan maestro tari Provinsi Sumatera Selatan Masayu Anna Kumari menghibahkan tiga benda kesayangannya kepada Pemkot Palembang. (Dudy Oskandar/rmolsumsel.id)
Pelestari Budaya Palembang dan maestro tari Provinsi Sumatera Selatan Masayu Anna Kumari menghibahkan tiga benda kesayangannya kepada Pemkot Palembang. (Dudy Oskandar/rmolsumsel.id)

Pelestari Budaya Palembang dan maestro tari Provinsi Sumatra Selatan (Sumsel), Masayu Anna Kumari menghibahkan tiga benda kesayangannya kepada Pemerintah Kota Palembang melalui Dinas Kebudayaan Kota Palembang, Kamis (17/6).


Tiga benda kesayangan yang dihibahkan tersebut berupa Selendang Songket Motif Bunga Pacik yang berusia 80 tahun yang merupakan hadiah dari sang ibunda Almah Masnatcik di mana dulu motif  Bunga Pacik tersebut khusus dipakai oleh wanita Palembang keturunan Arab.

Benda kedua yang dihibahkan yakni Selendang Pelangi atau jumputan yang berusia lebih tua lagi. Diperkirakan Selendang Pelangi ini umurnya lebih dari 100 tahun. Selendang Pelangi ini sering dipakai Anna Kumari saat tampil di berbagai event kesenian sejak tahun 1960-an bersama tim keseniannya. Salah satu penampilan yang dikenang Anna Kumari sewaktu tampil dalam tim kesenian Sumatra Selatan tahun 1967 yakni di Jakarta.

Terakhir adalah gambar Anna Kumari, Penari Gending Sriwijaya memberikan persembahan keputusan Hari Jadi Kota Palembang tanggal 17 Juni 1972 kepada RHA A Rifai Tjek Yan yang menjabat Wali Kota Palembang pada tahun 1970-1978 yang bersumber dari Buku Penemuan Hari Jadi Kota Palembang yang diterbitkan Humas Pemerintah Daerah Kotamadya Palembang.

Penyerahan dilakukan langsung oleh Anna Kumari didampingi anaknya Mirza Indah Dewi kepada Kepala Dinas Kebudayaan Kota Palembang Zanariah didampingi Kabid dan Staf Dinas Kebudayaan Kota Palembang.

“Mungkin yang kami hibahkan ini tidak seberapa dan tidak seanggun keadaan sekarang, tidak sebagus apa yang ada sekarang, tapi ini adalah peninggalan dari keluarga saya, dari nenek saya, waktu itu umur saya masih 7 tahun. Kemudian sudah saya bawa ke Istana (Negara) untuk menari, bawa ke Taman Mini Indonesia Indah dan berbagai event kesenian dalam dan luar negeri untuk menarikan Tari Selendang Mayang yang saya ciptakan, pakai selendang ini,” kata Anna Kumari saat penyerahan hibah benda kesayangannya.

Anna mengatakan, jangan dibandingkan kain ini dengan produk saat ini yang menggunakan mesin. Sebab kain ini dulu dibikin secara manual. Mulai dari membuat kain, mengikat kain, hingga mencelup masih dengan tangan semuanya.

Mengenai kain songket motif Bungo Pacik yang umurnya 80 tahun, Anna Kumari menjelaskan, kain ini merupakan hadiah dari ibunya dan dulu di pakai oleh wanita Palembang keturunan Arab.

“Pacik dalam bahasa Palembang orang keturunan Arab, nah yang bukan (keturunan Arab) waktu itu tidak memakai ini tapi memakai Bungo Inten untuk orang setengah tua, ada yang Lepus untuk pengantin, ada Bungo Cino yang dipakai oleh wanita Palembang keturunan Tiongkok, tapi sekarang sudah ada songket yang bikin di pabrik. Kita harus bangga kain dulu dibuat dengan tangan bukan dengan mesin. Dibuat sebulan, dua bulan, bahkan berbulan-bulan karena membuatnya dengan tangan,” terangnya.

Kepala Dinas Kebudayaan Kota Palembang, Zanariah mengucapkan terima kasih atas hibah Anna Kumari. Zanariah berharap benda-benda ini bisa lestari serta bisa dinikmati para pecinta sejarah dan budaya Palembang yang berkunjung ke Museum SMB 2 serta memotivasi masyarakat.

“Semoga menjadi amal bagi keluarga ibu Anna Kumari,” ucapnya.