Kualitas Udara di Palembang Masuk Level Tidak Sehat, Warga Diimbau Pakai Masker

Kebakaran di Ogan Komering Ilir (OKI) belum lama ini/Foto:RMOL
Kebakaran di Ogan Komering Ilir (OKI) belum lama ini/Foto:RMOL

Kota Palembang saat ini mengalami penurunan kualitas udara menjadi tidak sehat akibat meluasnya kebakaran hutan dan lahan di sejumlah wilayah di Sumsel. 


Berdasarkan data dari Stasiun Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), pada Sabtu (2/9/2023), konsentrasi partikulat PM 2.5 mencapai angka 229.10 µg/m³ pada pukul 04.00 WIB.

Kemudian, pada pukul 10.00 WIB, konsentrasi partikulat menurun menjadi 55.20 µg/m³. Namun, pada pukul 11.00 WIB, konsentrasi partikulat kembali meningkat menjadi 102.8 µg/m³ dengan status kuning, yang berarti udara sudah dianggap tidak sehat.

Kepala Stasiun Klimatologi Kelas I Sumatera Selatan, Wandayantolis, menjelaskan bahwa kondisi udara di Palembang telah memasuki level tidak sehat selama dua hari terakhir. 

Penurunan kualitas udara ini terjadi karena masih adanya residu dari kebakaran hutan dan lahan yang terus berlanjut. Terlebih lagi, angin pada malam hari tidak bertiup kencang, sehingga asap akibat kebakaran menumpuk di satu tempat.

"Kami menduga ini residu dari pembakaran, karena kemudian pada malam hari tidak ada angin, kemudian menumpuk di satu tempat maka terukur sampai level di atas 200 µg/m³. Itu kondisi sangat tidak sehat," jelasnya dikonfirmasi via telepon, Sabtu (2/9).

Data dari BMKG juga menunjukkan bahwa curah hujan di wilayah Sumatera Selatan terus menurun. Pada periode 21 Agustus hingga 1 September, wilayah Ogan Komering Ilir (OKI) dan Ogan Ilir, yang rawan terjadi kebakaran hutan dan lahan, tidak mengalami hujan selama lebih dari 20 hari.

“Jadi secara meteorologis itu sudah menjadi kekeringan metrologis. Kalau sudah kekeringan metrologis dampak turunannya banyak, termasuk peningkatan potensi karhutla di sejumlah wilayah," ujarnya.

Wandayantolis menambahkan bahwa situasi ini merupakan dampak dari El Nino yang telah diumumkan oleh BMKG sejak Maret 2023. El Nino menyebabkan penurunan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia saat memasuki musim kemarau.

“Berdasarkan pantauan kami curah hujan masih rendah. Artinya memang dengan angin dari arah timuran yang dimana wilayah OKI-OKU sumber hotspot yang besar maka deteksi penurunan kualitas udara di Palembang selama September akan meningkat," katanya. 

BMKG merekomendasikan agar warga menggunakan masker ketika beraktivitas di luar rumah untuk mengurangi paparan udara yang buruk. Kelompok rentan seperti lansia, balita, dan orang dengan penyakit tertentu, terutama penyakit jantung dan paru-paru, sebaiknya tidak beraktivitas di luar ruangan untuk menjaga kesehatan.

"Kalau levelnya seperti saat ini, kita imbau kepada masyarakat untuk menggunakan masker ketika beraktivitas diluar rumah," pungkasnya.