Kondisi Udara Palembang Kembali ke Level Berbahaya, Karhutla di OKI jadi Biang Keroknya

Ilustrasi (net/rmolsumsel.id)
Ilustrasi (net/rmolsumsel.id)

Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di wilayah Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) masih terus meluas. Akibatnya, kiriman asap dari wilayah tersebut membuat kondisi udara di Palembang kembali masuk level berbahaya. 


Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), kondisi Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) pada Sabtu (28/10) sekitar pukul 11.00 WIB, berada di angka 313. 

Kepala Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan Lahan Wilayah Sumatera Ferdian Kristanto mengatakan, karhutla di OKI saat ini masih menyerang kawasan Kecamatan Jungkal Jaya. Dalam dua bulan terakhir, luasan lahan yang terbakar di kawasan ini saja sudah mencapai 5.000 hektar. 

"Rata-rata yang terbakar di areal gambut yang kedalamannya sekitar 5-6 meter. Sehingga, pemadamannya cukup sulit," kata Ferdian saat dibincangi Kantor Berita RMOL Sumsel. 

Pemadaman semakin sulit lantaran sumber air untuk pemadaman, baik via darat maupun udara yang ada di sekitar lokasi sudah banyak yang mengering. "Kanal primer juga sudah kering. Heli bombing juga harus mengambil di lokasi yang cukup jauh," bebernya. 

KLHK pun harus mengerahkan puluhan personel Manggala Agni ke lokasi untuk mengendalikan Karhutla. "Konsenterasi pemadaman di Jungkal. Karena ini lahan gambut yang mudah terbakar," ucapnya. 

Ferdian menjelaskan, karhutla di sebagian wilayah OKI sebenarnya sudah bisa terkendali pasca hujan yang mengguyur wilayah tersebut beberapa waktu lalu. Hanya saja, dalam beberapa hari terakhir, hujan tak kunjung turun. Prediksinya, hujan baru akan terjadi pada Selasa (31/10). 

"Untuk TMC nanti akan diperpanjang sampai 4 November mendatang," terangnya. 

Petugas Manggala Agni, kata Ferdian masih terus berjibaku memadamkan api. Bahkan, mereka terpaksa menginap di lokasi kejadian dengan mendirikan tenda siaga. Kondisi psikologis petugas juga saat ini jadi perhatiannya. Karena kerja pemadaman yang tak kunjung selesai. 

"Kami lakukan memotivasi ke petugas di lapangan, karena ini sudah terlalu lama terbakar,  misalnya hari ini dipadamkan beberapa meter, besok terbakar lagi. Karena yang terbakar ini gambut," tandasnya.