Klarifikasi PS Palembang Soal Dugaan Penggunaan Pemain Ilegal pada Piala Soeratin U17

Sistem SIAP PSSI/repro
Sistem SIAP PSSI/repro

Tim PS Palembang U17 yang berlaga di Piala Soeratin tahun ini dipastikan gagal meraih prestasi seiring keputusan diskualifikasi yang diberikan oleh Asprov PSSI Sumsel


Meski memiliki poin yang sama dengan Persimuba dan Persegrata, tim Laskar Segentar Alam dianggap tidak memenuhi persyaratan karena dianggap telah memainkan pemain yang tidak terdaftar di Sistem Informasi dan Administrasi PSSI (SIAP).

Polemik mengenai proses pendaftaran ini, rupanya telah muncul sejak awal turnamen. Diceritakan oleh operator/admin pendaftaran pemain PS Palembang, Windra rentetan kejadian ini telah dimulai bahkan sebelum pertandingan pertama Piala Soeratin dimulai.

"Awalnya hampir semua pemain PS Palembang yang sudah didaftarkan di aplikasi tersebut belum dapat pengesahan secara sistem," ungkapnya. Sampai pada beberapa jam sebelum pertandingan, sistem pendaftaran pemain hanya memberi notifikasi pengesahan kepada beberapa pemain saja. 

"Kami kemudian dihubungi oleh pengawas pertandingan di hari pertandingan pertama itu. Akhirnya kita sepakat input manual untuk pertandingan, sehingga kami buatkan form sendiri dalam bentuk excel, agar pemain bisa masuk dalam Daftar Susunan Pemain (DSP)," jelas Windra. 

Salah satu diantara pemain yang belum disahkan oleh sistem adalah Khairur Rahman Alfarisi, yang dalam aplikasi PSSI itu masih terdaftar sebagai pemain klub Trisakti. Padahal, klub sebelumnya menurut Windra telah melepas pemain yang bersangkutan. 

Namun, karena belum disahkan secara sistem, status pemain itu seperti 'menggantung'. "Padahal, PS Palembang telah mendaftarkannya sebagai pemain untuk diikutkan dalam kompetisi ini," jelas Windra. Hal inipun telah dikonsultasikannya kepada Asprov PSSI Sumsel, selaku regulator lokal. 

Hingga pertandingan kedua, melawan Persegrata yang berakhir imbang, status Khairur Rahman Alfarisi masih belum juga disahkan untuk ikut kompetisi dalam sistem tersebut. Hingga malam hari selesai pertandingan, Windra baru mendapat notifikasi. 

"Jadi malam itu, kita sempat mengikuti sidang yang dipimpin oleh PSSI Sumsel. Kita sudah tunjukkan bukti notifikasi bahwa pemain kita itu sudah terdaftar, tapi tidak bisa diterima," ujarnya.

Alasan dari Asprov PSSI Sumsel menurut Windra, pendaftaran pemain sudah ditutup.Sebab, memang secara regulasi input pendaftaran pemain memang dibuka sebelum kompetisi dimulai. Kemudian ditutup, lalu dibuka kembali seiring dengan progress dalam kompetisi tersebut.

"Terbukti, pemain yang dimaksud sudah berstatus terdaftar saat Asprov PSSI Sumsel membuka kembali proses pendaftaran pemain di babak empat besar," ungkap Windra.  

Dalam proses memastikan status pemain tersebut, Windra mengaku telah pula berkonsultasi dengan PSSI pusat sesuai dengan arahan Asprov PSSI Sumsel. Begitu pula dengan klub Trisakti terkait status pelepasan pemain yang bersangkutan. 

Sehingga menurutnya tidak bijak, apabila PS Palembang terkesan disalahkan karena memainkan pemain ilegal atau tidak terdaftar. "Kesalahan tidak bisa dilimpahkan sepenuhnya kepada klub. Tentu dalam sistem juga mungkin ada yang luput, sehingga kita (klub) tidak cukup maksimal dalam mendaftarkan pemain," ungkapnya. 

Meski demikian, kejadian ini menurut Windra menjadi pembelajaran pihaknya. Dia berharap semua pihak juga bisa bijak dan berkaca pada situasi ini untuk kemajuan sepakbola di Sumsel. 

Sebelumnya, Ketua Komite Kompetisi Asprov PSSI Sumsel, Mathys Rugebregt mengatakan, pada tahun ini Asprov PSSI Sumsel mengikuti regulasi pusat yang ketat. Semua pemain terdaftar dalam sistem berbasis online. Hal inilah yang cenderung luput dari perhatian klub. 

“Memang seluruh pemain yang dimainkan atau yang tergabung dalam tim itu, termasuk official semua harus di input dalam sistem sebelum disahkan,” katanya.

Pendaftaran itu dilakukan secara online, dalam batas waktu yang telah ditentukan. Apabila memang telah habis waktunya, maka portal pendaftaran tidak bisa lagi dibuka, sehingga tidak bisa lagi diakses oleh operator atau administrator dari klub. 

"Nah, disinilah yang menjadi titik krusial sehingga apabila terlambat dan tidak lengkap pemain tersebut tidak dapat di sahkan, inilah yang sering berakibat fatal,” tambahnya.

Meski demikian, pria yang akrab disapa Kewoy ini mengungkapkan bahwa dengan adanya sistem pendaftaran pemain secara online ini, kompetisi sepakbola yang dilakukan di setiap daerah di Indonesia menjadi lebih tertib.