PS Palembang Gugur di Piala Soeratin U17, Begini Penyebabnya

Tim PS Palembang U17 foto bersama usai laga penyisihan grup/ist
Tim PS Palembang U17 foto bersama usai laga penyisihan grup/ist

Klub sepakbola PS Palembang U-17 harus menutup asa melangkah ke babak semifinal Piala Soeratin U-17 2021/2022 Zona Sumatera Selatan dengan hasil yang kurang menggembirakan. Sangat disayangkan, padahal di tahun sebelumnya PS Palembang U17 sempat menembus partai final di tingkat nasional pada tahun 2019 lalu. 


Padahal skuad yang dilatih Mahyadi Panggabean itu memiliki jumlah poin yang sama dengan Persimuba Musi Banyuasin dan Persegrata yang menempati grup A, dengan torehan dua poin dari dua kali hasil imbang.

Bahkan perolehan gol dengan Persegrata juga sama dengan PS Palembang. Namun dari keputusan, hanya Persimuba dan Persegrata yang dinyatakan lolos ke babak final four. Kondisi ini punsempat menuai protes dari pihak PS Palembang.

Namun ketika diselidiki, ternyata PS Palembang U17 terbukti melanggar regulasi Piala Soeratin U17 dan Kode Disiplin PSSI tahun 2018 karena tim yang bersangkutan diketahui menurunkan pemain yang tidak sah saat melawan Persimuba di Stadion Ria Jaya, Prabumulih, Senin (11/1/2021).

Selain itu, PS Palembang juga kedapatan memainkan pemain yang tidak masuk dalam Daftar Susunan Pemain (DSP) di pertandingan tersebut. “Semua sudah kita lakukan dengan semestinya sesuai aturan regulasi yang berlaku, catatannya juga lengkap. Hal ini sudah melalui sidang yang dilakukan panitia disiplin, kemarin,” ujar Wakil Ketua Panitia Disiplin Asprov PSSI Sumsel, Syafrizal Afandi ketika dihubungi, Jum’at (14/1).

Lebih lanjut dia mengatakan, salah satu pemain PS Palembang Khairur Rahman Alfarisi diangap tidak sah lantaran tidak tercantum dalam pengesahan sistem SIAP PSSI yang berbasis online. “Ya kenapa dikatakan tidak sah, karena pemain tersebut masih tercatat sebagai klub Trisakti di sistem SIAP. Fatalnya, pemain ini justru dimainkan saat pertandingan. Seharusnya setiap pemain yang masuk sistem dalam pendaftaran online itu harus ada pengesahan dulu,” jelasnya.

Sementara itu, Ketua Komite Kompetisi Asprov PSSI Sumsel, Mathys Rugebregt  mengatakan dalam kompetisi resmi memiliki sistem administrasi pertandingan dan regulasi yang ketat. Seperti halnya dengan sistem SIAP PSSI yang berbasis online. Hal inilah yang sering luput dari perhatian pihak klub dalam mendaftarkan pemain.

“Memang regulasi saat ini menggunakan sistem yang berbasis online saat melakukan pendaftaran pemain. Dan seluruh pemain yang dimainkan atau yang tergabung dalam tim itu harus di input dalam sistem sebelum disahkan,” katanya.

“Pendaftaran itu dilakukan secara online, dengan waktu yang ditentukan. Apabila habis masanya portal tidak bisa lagi dibuka, nah disinilah yang menjadi titik krusial sehingga apabila terlambat dan tidak lengkap pemain tersebut tidak dapat di sahkan, inilah yang sering berakibat fatality,” tambahnya.

Lebih lanjut pria yang akrab disapa Kewoy ini menilai, kasus yang terjadi di tubuh PS Palembang dalam kompetisi Piala Soeratin U-17 disebabkan dari kelalaian admin tim. Pasalnya, sistem SIAP PSSI itu sudah disosialisasikan bahkan diberikan pelatihan dari PSSI pusat secara mendetail.

“Kalau saya menilai kasus ini ada kelalaian dari admin tim tersebut, sebab tim lain tidak ada masalah. Sistem yang berbasis online ini sudah kita jelaskan kepada semua peserta kompetisi sampai detailnya. Disinilah peran admin klub yang mendaftarkan pemain sangat penting sekali karena hal itu menentukan pemain yang akan dimainkan. Kalau tidak masuk daftar ataupun tidak sah maka pemain tersebut tidak bisa dimainkan,” jelasnya.

“Namun ada kelebihannya dari sistem ini tentu sulit apabila ada yang melakukan pencurian umur, pasti ketahuan. Karena kompetisi professional juga sudah memakai sistem berbasis online seperti ini,” pungkasnya.