Kisah Nakes Korban Penyerangan KKB Yang Selamat Usai Dilempar Hidup-Hidup ke Jurang Sedalam 500 Meter

Nakes bernama Marselinus Ola Atanila saat menceritakan pengalamannya diserang secara membabi buta oleh KKB. (Istimewa/rmolsumsel.id)
Nakes bernama Marselinus Ola Atanila saat menceritakan pengalamannya diserang secara membabi buta oleh KKB. (Istimewa/rmolsumsel.id)

Trauma mendalam dialami Marselinus Ola Atanila, seorang tenaga kesehatan di Puskesmas Kiwirok, Kabupaten Puncak Jaya Papua usai menjadi korban penyerangan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Kiwirok, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua, Senin pagi (13/9).


Airmatanya tak henti keluar, karena tidak menyangka dapat selamat dari aksi kekejaman KKB tersebut. Kini, Marselinus telah dievakuasi ke Jayapura pada Jumat (17/9). 

Dia menceritakan penyerangan yang terjadi pada hari Senin (13/9) pagi, ketika itu ia bersama lima rekannya sesama nakes, yakni tiga orang suster dan dua orang mantri yang tinggal di dalam salah satu barak di Puskesmas Kiwirok. Saat kejadian KKB secara membabi buta menghancurkan kaca-kaca jendela dan memukul pintu, serta berusaha untuk bisa masuk ke dalam barak untuk melakukan penyerangan terhadap mereka, selain itu KKB juga menyiram bensin di sekitaran barak medis dan mulai untuk melakukan pembakaran.

"Kami sempat bertahan di dalam barak sekitar 10 menit dan akhirnya memutuskan untuk keluar mengingat kobaran api sudah semakin membesar dan meruntuhkan atap," katanya sambil menangis.

Ketika hendak keluar, ia melihat anggota KKB sudah mengepung dan membuat mereka tidak bisa lari, dan akhirnya mereka memutuskan untuk bersembunyi di toilet milik salah seorang warga. Setelah bersembunyi sekitar 30 menit, mereka bertiga merasa jika kondisi diluar semakin mengkhawatirkan, dan memberanikan diri untuk keluar dan lari bersama ketiga orang nakes lain.

Akan tetapi upaya tersebut gagal dan membuatnya bersama ketiga suster terpojok dan berhasil dikepung oleh kelompok KKB, dan satu-satunya jalan untuk menghindari serangan KKB adalah jurang setinggi 500 meter yang berada tepat di belakang barak.

Marselinus mengisahkan dirinya sangat ragu untuk melompat sebab kemiringan dari jurang tersebut sangat tajam yaitu sekitar 90 derajat, namun karena tidak ada pilihan lain ia dan ketiga orang suster terpaksa memberanikan diri untuk tetap melompat.

"Saya tanya suster bagaimana harus mengamankan diri, mereka jawab 'kita lompat saja'. Tanpa pikir panjang saya hitung 1 sampai 3, dan saya lompat pertama, kemudian para suster mengikuti saya untuk melompat," ucapnya/

Akan tetapi harapannya untuk dapat kabur melalui jurang ternyata salah, karena ternyata anggota KKB juga nekat untuk ikut mereka terjun ke dasar jurang untuk mengejar mereka, padahal saat itu kondisinya dan ketiga suster sudah tersangkut di antara pepohonan dan Marselinus kemudian bersembunyi di antara semak belukar yang berada di balik tebing.

Berbeda dengan Marselinus yang berhasil selama, ketiga susterse yaitu Kristina Sampe Tonapa, Gabriela Meilani, dan Katriyanti Tandila akhirnya berhasil tertangkap oleh KKB dan disiksa oleh KKB.

Dengan keadaan terisak tangis Marselinus menjelaskan bagaimana sadisnya penyiksaan yang dialami oleh ketiga Nakes itu, bahkan ditelanjangi menggunakan senjata tajam lalu kemudian disiksa, setelah disangka telah meninggal dunia para nakes kemudian kembali dibuang kedalam jurang yang kedalamannya 300 meter lebih.

Lalu kemudian mendengar seorang Nakes bernama Gabriela masih dalam keadaan sadar, anggota KKB kemudian kembali turun untuk membunuhnya dengan cara yang sangat sadis. Setelah merasa situasi aman, Marselinus kemudian memutuskan untuk kembali naik ke atas untuk mencari perlindungan di Koramil pada sore hari sekitar pukul 17.00 WIT.

Namun ketika tiba di Pos Pamtas ia tidak menemukan anggota disana karena semuanya sudah diarahkan ke Pos Pamtas, hingga akhirnya Marselinus memutuskan untuk meminta perlindungan di rumah warga. Dan pada hari selasa (14/9) Marselinus berhasil bertemu dengan dua orang Mantri yang turut menjadi korban bersamanya yaitu Parta dan Immanuel Abi, yang mana pada saat itu Abi mengalami luka di punggungnya karena terkena anak Panah. 

Sementara pada saat itu Suster Katrianti masih berada di dasar jurang dan baru berani untuk keluar pada malam harinya dan langsung berlari dengan keadaan tanpa busana menuju Polsek Kiwirok dan ternyata Polsek Kiwirok juga masih kosong. Dan kemudian karena masih merasa tidak aman Katrianti pun memutuskan untuk bersembunyi di semak-semak hingga pagi hari, dan kemudian saat melihat saat kegiatan pembersihan Pos Pamtas 403, Katrianti pun keluar dari semak-semak.

"Menurut keterangan Suster Anti, karena takut dengan situasi, dia bersembunyi di semak-semak. Sampai pukul 7 pagi, ada kegiatan pembersihan oleh Pos Pamtas 403, dan Suster Anti keluar dari semak-semak," kata Marselinus.

Dan Suster Kristina akhirnya baru berhasil ditemukan oleh tim gabungan TNI-Polri pada Rabu (15/9) sore. Dia masih dalam keadaan selamat meski terluka. Tim juga menemukan jenazah Suster Gabriela. Saat ini, Suster Kristina telah dievakuasi dan dibawa ke Jayapura. Namun jenazah Suster Gabriela masih belum berhasil diangkat dari dasar jurang karena kendala cuaca buruk.