Kesulitan Bahan Baku, Lima Pabrik Karet di Palembang Terpaksa Gulung Tikar 

Ilustrasi karet. (net/rmolsumsel.id)
Ilustrasi karet. (net/rmolsumsel.id)

Sekitar lima pabrik karet di Palembang sudah tutup dalam lima tahun terakhir. Penyebabnya, pabrik kekurangan bahan olah karet (Bokar) untuk diolah menjadi lembaran karet yang diekspor ke berbagai negara. 


Ketua Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Sumsel, Alex K Eddy mengatakan, secara nasional, pabrik karet yang sudah menyetop operasinya sudah mencapai 45 pabrik. Penyebabnya serupa dengan yang terjadi di Sumsel. Mereka mengalami kekurangan bahan baku untuk diolah. 

"Suplai dari petani cukup sulit. Hasil sadapan mereka banyak berkurang. Sehingga, kami kesulitan mendapatkan bahan baku," kata Alex saat dibincangi Kantor Berita RMOL Sumsel, Minggu (9/7).

Alex mengatakan, kurangnya pasokan dari petani disebabkan berbagai faktor. Mulai dari penyakit daun yang tak kunjung mendapat solusi, alih fungsi kebun karet ke tanaman lainnya hingga harga karet murah yang menyebabkan petani menghentikan produksinya. 

"Harga karet duni saat ini memang sedang lesu dan berdampak kepada petani," ucapnya. 

Kondisi tersebut berbanding terbalik dengan petani yang berada di negara penghasil karetnya seperti Thailand dan Vietnam. meskipun harga sedang turun, petani karet di negara tersebut masih mampu bersaing lantaran produktivitas tanaman karet mereka lebih baik ketimbang yang ada di Indonesia. 

"Petani karet mereka bisa menghasilkan 2 ton per tahun per hektar. Sementara, petani karet di Indonesia hanya sekitar 800 kilogram. Makanya, ini sangat berdampak terhadap bisnis karet," ucapnya. 

Di sisi lain, upaya hilirisasi karet oleh pemerintah kurang digarap serius. Sehingga, ketergantungan terhadap harga di luar negeri tidak bisa dilepaskan. "Kita tidak bisa berbuat banyak karena penyerapan dalam negeri sangat sedikit," terangnya. 

Dia berharap, pemerintah bisa memberikan perhatian lebih terhadap petani karet dalam meningkatkan produksinya. Sebab, apabila kondisi ini dibiarkan terus menerus, maka gelombang PHK dari penutupan pabrik karet akan terus terjadi. 

"Satu pabrik itu memiliki sekitar 200 tenaga kerja. Jadi sudah sekitar 1000 orang yang berhenti kerja akibat penutupan pabrik karet ini. Apabila kondisi ini terus terjadi, maka penutupan pabrik karet oleh pengusaha akan terus terjadi kedepannya," tandasnya.