Kepentingan Investigasi, Kementerian ESDM Tutup Lokasi Tewasnya Mandor Tambang di Muara Enim

Areal Tambang 1 milik PT Musi Prima Coal, Muara Enim. Diduga lokasi terjadinya kecelakaan tambang yang menewaskan Nurul Hidayat. (rmolsumsel.id)
Areal Tambang 1 milik PT Musi Prima Coal, Muara Enim. Diduga lokasi terjadinya kecelakaan tambang yang menewaskan Nurul Hidayat. (rmolsumsel.id)

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan telah menutup lokasi tambang di Muara Enim, tempat terjadinya kecelakaan yang menewaskan Nurul Hidayat beberapa waktu lalu.


Penutupan yang dilakukan tim Dirjen Minerba tersebut diutarakan Direktur Teknik dan Lingkungan Direktorat Jenderal Minerba Kementerian ESDM, Lana saria kepada Kantor Berita RMOLSumsel, Kamis (26/8) siang. 

Lana mengatakan, penutupan itu untuk keperluan investigasi dan pihaknya memastikan tidak ada lagi aktifitas di lokasi tersebut, sampai pihaknya merampungkan laporan hasil investigasi guna menentukan tindak lanjut kasus ini, hingga hari ini. 

"Sampai saat ini masih proses investigasi. Tempat kejadian masih kita tutup, untuk keperluan investigasi," ujar Lana.

sesuai Surat Edaran Kewajiban Perusahaan terkait Tindak Lanjut Kecelakaan Tambang Berakibat Mati yang dikeluarkan oleh Dirjen Minerba Kementerian ESDM bernomor 06.E/37.04/DJB/2019.

Ada tiga poin penting dalam surat edaran tersebut yang harus dilakukan oleh perusahaan pertambangan, apabila terjadi kecelakaan tambang berakibat mati (fatality), yaitu : (1) Menghentikan seluruh kegiatan operasional lapangan sampai hasil investigasi kecelakaan tambang berakibat mati telah seluruhnya ditindaklanjuti; (2) Melakukan evaluasi terhadap kinerja Kepala Teknik Tambang (KTT) atau Penanggungjawab Teknik Lingkungan (PTL); dan (3) Melakukan evaluasi secara menyeluruh terhadap kinerja pengelolaan Keselamatan Pertambangan.

Seperti diberitakan sebelumnya, korban Nurul Hidayat diketahui merupakan pegawai PT Nusa Indo Abadi (PT NIA) yang merupakan sub kontraktor PT Lematang Coal Lestari (PT LCL). 

PT LCL merupakan pemegang Izin Usaha Jasa Pertambangan (IUJP) dari PT Musi Prima Coal (PT MPC) yang menyuplai batubara untuk pembangkit listrik Mulut Tambang Gunung Raja yang dikelola oleh PT GHEMMI.

PT MPC memiliki dua wilayah tambang yakni Tambang 1 di Desa Gunung Raja, Kecamatan Empat Petulai Dangku, yang merupakan pemekaran dari Kecamatan Rambang Dangku, Kabupaten Muara Enim, dan dekat Kelurahan Gunung Kemala, Kota Prabumulih.

Sementara wilayah Tambang 2 berlokasi di Desa Air Limau dan sebagian Desa Gunung Raja, Kabupaten Muara Enim. Perusahaan ini menjalani kontrak untuk mensuplai sebanyak 2 juta ton batubara.

Itu artinya, bahwa kecelakaan tambang yang menyebabkan kematian Nurul Hidayat akibat terlindas truk pada Kamis (12/8) lalu, tentu akan berdampak kepada operasional seluruh perusahaan terkait. 

Lantas timbul pertanyaan bagaimana mereka mencukupi kebutuhan batubara PLTU Mulut Tambang Gunung Raja, apabila operasional dihentikan? Sebab sesuai kontrak PT MPC selaku pemegang IUP wajib menyuplai 2 juta ton batubara dengan PT LCL selaku pemegang IUJP dari PT MPC. Umumnya pembangkit listrik yang membutuhkan suplai batubara harian, maka penutupan areal tambang yang telah berlangsung ini mengganggu proses produksi.

Pada berita sebelumnya, kejadiannya bermula pada Kamis (12/8) malam sekitar pukul 19.30. Saat itu, Korban datang ke lokasi untuk melakukan persiapan penggalian Over Burden (OB), yakni lapisan tanah yang menutupi lapisan dari batubara di areal tambang milik PT Musi Prima Coal (PT MPC). 

Sebelum bekerja, korban menyempatkan diri duduk di depan dump truk berkode NIA 109 yang lagi terparkir bersama rekannya, bernama Mardani yang merupakan petugas Safety. Sesaat lagi ngobrol santai dan tanpa diketahui mereka berdua, salah satu sopir berinisial EJ juga bersiap melakukan loading OB dan naik ke atas dump truk yang diduga tanpa mengawasi keadaan sekitar.

Diduga, faktor ukuran kendaraan yang besar membuat driver EJ mengalami blind spot. Blind spot sendiri merupakan area di sekitar kendaraan di mana pengemudi tidak dapat melihat kendaraan lain pada saat berkendara, baik dari kaca spion maupun kaca samping kendaraan.

Melihat dump truk bergerak maju, korban Nurul Hidayat diketahui sempat menghindar namun kalah cepat dengan laju truk sehingga terlindas.  

Sementara Mardani, petugas safety yang ada di lokasi kejadian juga ikut terkejut. Ia sempat berupaya menolong Nurul Hidayat, namun dirinya justru ikut menjadi korban. Kakinya dikabarkan sempat terlindas kendaraan yang sama. 

Driver EJ sendiri baru sadar kendaraan yang dibawanya melindas sesuatu dan ternyata itu korban Nurul Hidayat. Setelah EJ menghentikan kendaraannya dan mengetahui hal itu, dia langsung membawa korban Nurul Hidayat dan Mardani ke Rumah Sakit AR Bunda, Prabumulih.