Kasus Pemain Ilegal AHHA PS Pati Dinilai Aneh, Begini Penjelasannya

I Gede Sukadana saat menjalani laga bersama AHHA PS Pati melawan Persis Solo/net
I Gede Sukadana saat menjalani laga bersama AHHA PS Pati melawan Persis Solo/net

Klub milik Atta Halilintar yang berlaga di Liga 2, AHHA PS Pati kembali disorot publik usai melakukan hal kontroversial. Kali ini, klub tersebut kedapatan menurunkan pemain ilegal saat berhadapan dengan Persis Solo di putaran kedua Liga 2, Rabu 3 November 2021 lalu.


Pemain ilegal yang diturunkan AHHA PS Pati yaitu I Gede Sukadana yang sebelumnya bermain untuk PSMS Medan di putaran pertama Liga 2.Diketahui, saat direkrut AHHA PS Pati dari PSMS Medan, I Gede Sukadana sedang mendapat sanksi dari Komdis PSSI berupa larangan dua kali bertanding.

Akan tetapi, Gede yang baru menjalankan satu kali sanksi dari Komdis PSSI, justru malah diturunkan oleh AHHA PS Pati saat berhadapan dengan Persis Solo. Buntut dari kejadian itu, Komdis PSSI akhirnya memberikan hukuman terhadap AHHA PS Pati yang dinyatakan kalah 0-3 alias WO dari Persis Solo. 

Sebenarnya kasus pemai ilegal ini ternyata bukanlah yang pertama terjadi pada kompetisi sepakbola profesional di Indonesia. Sebelumnya kasus serupa pernah terjadi di tahun 2017 ketika pada saat itu Mitra Kukar harus mendapatkan sanksi pengurangan poin lantaran memainkan Mohammed Lamine Sisoko saat menahan imbang 1-1 Bhayangkara FC.

Padahal pemain asing yang pernah memperkuat Juventus dan Liverpool itu belum selesai menjalankan sanksi larangan bermain selama dua laga hingga kejadian tersebut Mitra Kukar harus mendapatkan sanksi pengurangan poin. 

Menurut Ketua Komite Kompetisi Asprov PSSI Sumsel, Mathys Rugebregt kasus pemain ilegal yang terjadi di kompetisi Liga 2 Indonesia dinilai aneh. Karena, pria yang akrab disapa Kewoy ini mengatakan kompetisi sepakbola profesional memiliki sistem administrasi pertandingan dan regulasi yang ketat termasuk dalam pencatatan pemain yang terkena sanksi larangan bertanding.

"Memang aneh sekali, karena dalam setiap pertandingan itu ada sistem dimana pemain yang dilarang bermain itu sebenarnya klub sudah mengetahui. Karena pemain yang mendapatkan sanksi atau dapat kartu sudah tercatat dalam sebuah sitem," katanya dihubungi Kantor Berita RMOLSumsel, Sabtu (13/11).

Lebih lanjut dia mengatakan sebelum laga dimulai ada proses verifikasi terkait keabsahan pemain yang dilakukan perangkat pertandingan yang di input ke dalam sistem. 

"Dalam sistem itu, sebelum pertandingan atau min 90 kick off tim akan memberikan daftar pemain termasuk pelatih dan official kepada match commissioner untuk di verivikasi. Setelah itu min 50 petugas mendata sampai diperiksa ke ruang ganti main untuk memastikan persiapan termasuk menentukan warna baju, mencocokan nomor punggung dan lain-lain. Setelah itu min 30 keluarlah Daftar Susunan Pemain (DSP), min 20 pemain dipersilakan pemanasan dan 5 menit kick off kedua tim sudah siap berada di lorong stadion sampai masuk kelapangan," jelasnya.

"Jadi kalau kita pelajari rundownnya itu prosesnya panjang dan ketat, jadi aneh kok bisa lolos. Apalagi pemain yang dapat sanksi larangan bermain itu ada print out atau surat khusus yang diberikan kepada klub terkait pemain yang mendapat larangan bermain. Jadi sulit lah untuk lolos," tambahnya.

Dia menjelaskan dalam pertadingan kompetisi sepakbola di Indonesia saat ini menggunakan sistem LIASMatch yang akan membantu proses screening yang menjadi aspek krusial dalam sebuah pertandingan. Sistem ini juga berbasis online yang akan mencatat detail aspek-aspek penting suatu pertandingan. 

"Setelah pertandingan itu ada laporan Match Summary bukan hanya mencatat kesuluruhan hasil pertandingan dan disitu bisa dilihat pemain yang mencetak gol, pemain yang mendapatkan kartu kuning dan merah. Sampai pergantian pemain detail sampai menitnya juga ditulis, jadi report nya itu ada. Nah dari sini kita bisa melihat pemain mana yang terkena sanksi dari akumulasi dan lain-lain. Apalagi pemain yang mendapatkan sanksi larangan bermain itu ada surat khusus yang ditujukan kepada klub," pungkasnya.