Jembatan Gantung Roboh di Sungai Malus, Pemkot Lubuklinggau Segera Lakukan Perbaikan

Pemkot Lubuklinggau menggelar rapat menindak lanjuti putusnya Jembrana gantung di tempat wisata Malus.(Dokumentasi Pemkot Lubuklinggau)
Pemkot Lubuklinggau menggelar rapat menindak lanjuti putusnya Jembrana gantung di tempat wisata Malus.(Dokumentasi Pemkot Lubuklinggau)

Pemerintah Kota (Pemkot) Lubuklinggau langsung mengambil langkah cepat setelah jembatan gantung di lokasi wisata Sungai Malus, Kelurahan Petanang Ilir, Kecamatan Lubuklinggau Utara I, mengalami keruntuhan pada Rabu (1/1).  


Rapat evaluasi dipimpin oleh Plh Sekda Herdawan bersama jajaran terkait, Kamis (2/1). Dalam rapat tersebut, pihak Pemkot meminta Dinas Pekerjaan Umum (PU) untuk segera membersihkan lokasi dan melakukan survei guna menentukan langkah perbaikan.  

"Jembatan tersebut akan kita evaluasi. PU sudah diminta membersihkan lokasi dan melakukan survei apakah jembatan ini perlu direhabilitasi atau dibangun ulang secara permanen, tergantung kondisi anggaran," ujar Herdawan.  

Herdawan juga memastikan bahwa penanganan terhadap lima korban telah dilakukan. "Satu korban dirawat di RS Sobirin, sementara empat lainnya di RS AR Bunda. Semuanya sudah mendapat perawatan," katanya.  

Sebagai langkah awal, objek wisata Sungai Malus ditutup sementara. Penutupan ini dilakukan untuk mendukung proses olah TKP oleh pihak kepolisian. "Penutupan akan berlangsung sampai ada koordinasi lebih lanjut dengan pihak Polres," tambahnya.  

Pemkot Lubuklinggau meminta Dinas PU untuk mengevaluasi keberadaan jembatan gantung serupa di wilayah tersebut. Herdawan menjelaskan bahwa jembatan di Sungai Malus sebenarnya bukan dirancang untuk keperluan wisata, melainkan sebagai akses warga ke kebun.  

"Sudah ada sosialisasi agar jembatan tidak dipadati. Namun, pada saat kejadian, lebih dari 50 orang berada di atasnya, padahal kapasitas yang dianjurkan hanya 5–10 orang secara bergilir," jelas Herdawan.  

Ia juga menyebut bahwa pihak Dinas Pariwisata telah memberikan sosialisasi dan panduan terkait pengelolaan objek wisata sejak 11 Desember 2024, termasuk pembahasan SOP untuk memastikan keselamatan.  

Menurut Herdawan, Sungai Malus adalah wisata berbasis pemberdayaan masyarakat. Pengelola lokal hanya menyediakan fasilitas seperti lahan parkir dan penyewaan ban pelampung. "Ini dikelola secara sederhana oleh masyarakat, tetapi perlu perhatian lebih agar kejadian seperti ini tidak terulang," pungkasnya.