Jelang Rights Issue, Broker Saham Borong Saham BTN Selama Kuartal III

Setidaknya, terdapat 10 broker yang secara aktif mengepul saham PT Bank Tabungan Negara Tbk. (BBTN) jelang rights issue. Sejak mengumumkan aksi rights issue beberapa bulan lalu, beberapa broker memang telah melalap saham BBTN selama kuartal III/2022.


Berdasarkan data Bloomberg,Pacific Capital mencatatkan net buy saham BBTN hingga Rp 19,05 triliun. Anak usaha Grup Pacific itu setidaknya mengempit 42,48 miliar saham. Setelah membeli 46,23 juta saham dan menjual 3,75 juta saham.

Selain Pacific Capital, Danatama Makmur juga tercatat melakukan net buy Rp 6,61 triliun. Perseroan tercatat menggenggam 32,50 juta saham.

Adapun broker asing yang tercatat terus mengoleksi saham BBTN sejak Oktober 2022 adalah JP Morgan Sekuritas dan Korea Investment. Kedua broker tersebut mencatatkan net buy sebesar Rp 4,22 triliun dan Rp 1,86 triliun.

Dari sisi volume Korea Investment telah memiliki 3,03 miliar saham. Lalu Credit Suisse mengoleksi 8,18 miliar saham.

Broker-broker kenamaan lain pun juga tercatat berburu saham BBTN dalam tiga bulan terakhir. Misalnya Mirae Asset mencatatkan net buy Rp 1,66 triliun. BCA Sekuritas membeli Rp 1,46 triliun dan Sinarmas Sekuritas Rp 1,36 triliun.

PT Bank Tabungan Negara (persero) Tbk. (BBTN) menargetkan dapat menumbuhkan pembiayaan 8 persen sampai dengan 9 persen pada 2023 di tengah sejumlah tantangan bisnis. Penyuntikkan modal segar, diyakini dapat mendongkrak kinerja fundamental BBTN.

Dijelaskan Direktur Utama BTN Haru Koesmahargyo, trend kenaikan suku bunga acuan dari bank sentral menjadi tantangan bagi masyarakat untuk mengajukan kredit pemilikan rumah (KPR). Meski demikian, tingginya kebutuhan akan perumahan membuat target pertumbuhan ini optimistis dapat tercapai.

“Tahun depan, kita tahu banyak challenge termasuk kenaikan suku bunga acuan, yang kedua juga kebutuhan perumahan yang masih sangat tinggi dan pemerintah memberikan fasilitas FLPP naik 10 persen, dari 200.000 unit menjadi 220.000 unit," ujar Haru dalam keternagannya, Sabtu (17/12

"Dari semua itu, saya pikir 2023 memang akan terdampak tapi tidak akan jauh dari 2022,” imbuhnya.

Dengan realitas tantangan yang ada ini, Haru menyebutkan realitas pertumbuhan bisnis pembiayaan akan sedikit ke bawah dari 9 sampai dengan 10 persen pada 2022 menjadi sekitar 8 persen hingga 9 persen pada tahun depan.

“Kami yakin dapat tumbuh. Karena apa? Perumahan ini suatu kebutuhan dasar manusia,” imbuhnya menekankan.

Sementara itu, Chief Economist The Indonesia Economic Intelligence (IEI) Sunarsip mengatakan, rights issue penting bagi BTN untuk memperkuat permodalan. Hal itu demi meningkatkan komposisi sumber dana murah BTN bagi penyediaan KPR yang terjangkau, terutama yang bersubsidi.

Menurutnya, rasio kecukupan modal (CAR) BTN saat ini yang berada pada level 13 persen membatasi ruang gerak BTN terutama dalam memperkuat bisnis KPR komersial agar seimbang dengan KPR bersubsidi.

Sunarsip menilai usai rights issue, CAR tier BTN akan naik ke posisi 19 persen sampai 20 persen.

“BTN setidaknya membutuhkan CAR tier-1 sebesar 18 persen sampai 20 persen. Dengan CAR tier-1 sebesar maka gerak BTN menjadi lebih leluasa dalam mengatur dan menyimbangkan antara upaya BTN memenuhi target perumahan KPR bersubsidi dengan pengembangan KPR komersialnya,” pungkasnya.