Banyaknya masyarakat yang terjebak kasus penipuan investasi keuangan bukan tanpa sebab. Salah satu faktor utamanya adalah karena masih rendahnya literasi keuangan di masyarakat.
- Sri Mulyani: Moody’s Akui Ekonomi Indonesia Tetap Kuat
- Ekonom: Jika Ahok jadi Dirut Pertamina, Bakal Berdampak Ekonomi Politik Indonesia Merugi
- Luhut: Ekonomi Indonesia Stabil saat Covid-19 karena Peran Kades
Baca Juga
"Masyarakat Indonesia banyak yang belum mengerti bagaimana meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan pengelolaan keuangan dalam rangka mencapai kesejahteraan,” ujar Gurubesar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran (Unpad), Profesor Winwin Yadiati, dikutip Kantor Berita RMOLJabar dari laman Unpad, Selasa (12/4).
Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 2019 menunjukan, tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia baru mencapai 38,03 persen.
Kemudian pada kelompok milenial usia 18-25 tahun tingkat literasi keuangannya baru mencapai 32,1 persen. Sementara pada kelompok usia 25-35 tahun baru mencapai 33,5 persen.
Selain itu, Guru Besar Departemen Manajemen Bisnis FEB Unpad itu menjelaskan, kasus penipuan investasi keuangan sudah terjadi sejak tiga dekade lalu. Korbannya bahkan hingga mencakup kelompok terpelajar.
“Malah banyak yang sampai pinjam ke bank karena termakan omongan daripada disimpan di bank mending digunakan untuk menghasilkan untung besar,” tandasnya.
- Sri Mulyani: Moody’s Akui Ekonomi Indonesia Tetap Kuat
- Anggota DPRD Banyuasin Dilaporkan Rekan Terkait Investasi Bodong, Korban Merugi Hingga Ratusan Juta
- OJK Terima 31.099 Aduan Konsumen, Tindak Ribuan Entitas Keuangan Ilegal