Wakil Gubernur (Wagub) Sumsel, Mawardi Yahya, Sabtu (4/9), meluncurkan Gerakan Satu Juta Stek Batang Kopi di Kota Pagar Alam. Sebanyak dua juta bibit stek kopi akan dibagikan kepada petani di wilayah tersebut. Satu juta diantaranya merupakan bantuan dari Pemprov Sumsel.
- Angin Kencang Tumbangkan Pohon di Pagar Alam, BPBD Lakukan Pemangkasan Darurat
- Hasil Pemilihan Suara Ulang TPS 05 Sidorejo Pagar Alam, Ludi-Bertha yang Sebelumnya Unggul Berbalik Jadi Urutan Buncit
- Warga Pagar Alam Berharap Pemimpin Terpilih Tidak Anti Kritik dan Dekat dengan Masyarakat
Baca Juga
“Program sambung pucuk ini untuk menghasilkan kualitas kopi terbaik. Sambung pucuk ini akan mengubah kualitas kopi biasa menjadi kualitas yang baik,” kata Wagub Mawardi Yahya.
Mantan Bupati Ogan Ilir dua periode tersebut menerangkan, bantuan terhadap petani terus digelontorkan. Sebab, 65 persen warga Sumsel menggantungkan hidup dari hasil pertanian. Selain bibit, Pemprov Sumsel juga membantu sejumlah sarana dan prasaran produksi kopi. Seperti mesin pencacah limbah kopi, mesin penepung kopi, alat pencacah rumput, bantuan irigasi perpompaan, timbangan duduk dan alat rosting.
Wali Kota Pagar Alam, Alpian Maskoni menuturkan, program satu juta batang sambung pucuk atau stek telah berlangsung selama empat tahun terakhir. Bedanya, tahun ini petani di Kota Pagar Alam mendapat bantuan bibit stek dari Pemprov Sumsel,
“Memang dianggarkan tiap tahun. Ini sudah tahun keempat. Targetnya di tahun kelima seluruh petani kopi di Kota Pagar Alam telah melaksanakan sambung pucuk ini,” bebernya.
Lantas apa sebenarnya keunggulan dari teknik stek atau sambung pucuk batang kopi ini?
Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan (P2HP) Dinas Perkebunan Sumsel, Rudi Arpian mengatakan, sambung pucuk atau stek batang kopi merupakan metode untuk memperbanyak tanaman kopi dengan dengan menyambungkan batang tanaman kopi dengan pucuk kopi yang berjenis lain.
Bibit yang digunakan harus memiliki kualitas tinggi. Untuk di Kota Pagara Alam, bibit yang digunakan yakni Basemah 1, 2, 3 dan 4. “Harus disambung dengan mata tunas bibit yang unggul agar bisa berhasil,” ujarnya.
Dengan metode yang benar, panen kopi per tahunnya bisa meningkat 100-200 persen. Jika dikonversikan, panen petani di Kota Pagar Alam dari 800 kilogram menjadi 1,6-2 ton per tahun.
“Tahun pertama saja bisa meningkat hingga 1,5 ton. Karena bonggol kopinya di satu pohon bisa 20-30 bonggol,” jelasnya.
Metode ini lebih baik ketimbang harus menanam bibit baru. Panennya juga lebih cepat. Jika jangka waktu panen bibit baru perlu waktu 3-5 tahun. Untuk metode stek ini hanya butuh waktu 2-3 tahun. “Dari sisi produksi maupun kualitas, metode ini cukup baik,” pungkasnya.
- Angin Kencang Tumbangkan Pohon di Pagar Alam, BPBD Lakukan Pemangkasan Darurat
- Hasil Pemilihan Suara Ulang TPS 05 Sidorejo Pagar Alam, Ludi-Bertha yang Sebelumnya Unggul Berbalik Jadi Urutan Buncit
- Warga Pagar Alam Berharap Pemimpin Terpilih Tidak Anti Kritik dan Dekat dengan Masyarakat