Utusan Khusus Presiden RI Bidang Iklim dan Energi, Hashim Djojohadikusumo, menilai program Just Energy Transition Partnership (JETP) senilai US$ 20 miliar yang diluncurkan dua tahun lalu belum menunjukkan kemajuan signifikan.
- Trump Cabut Dukungan, JETP untuk Indonesia, Vietnam, dan Afrika Selatan Terancam
- Indonesia Perlu Pikir Ulang Ikut JETP
- Jangan ada PLTU Baru, STuEB Serahkan Policy Brief Transisi Energi ke JETP
Baca Juga
Bahkan, Hashim menyebut program ini gagal total karena tidak ada dana yang dikucurkan oleh pemerintah Amerika Serikat (AS). "Dua tahun berjalan, tidak satu dolar pun dikucurkan oleh pemerintah Amerika. Banyak omong-omong saja ternyata," ujar Hashim di Jakarta, Jumat (31/1).
Menurutnya, perubahan kebijakan di AS, terutama di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump, berkontribusi pada terhentinya program ini.
Hashim juga mengungkapkan bahwa dari total komitmen US$ 20 miliar, sebesar US$ 5 miliar dijanjikan dalam bentuk hibah. Namun, dana hibah tersebut tidak pernah tersedia.
"Ada klausul dalam JETP bahwa 5 miliar dolar itu akan dihibahkan apabila dana tersedia. Setelah dicek kapan bisa dihibahkan, mereka bilang, ‘Oh maaf, tidak tersedia.’ Ini realita," jelasnya.
Informasi serupa juga diterima Hashim dari kalangan internal PT PLN, yang memperkuat dugaan bahwa komitmen pendanaan JETP memang tidak bisa diandalkan.
Menurut Hashim, Indonesia tidak seharusnya terlalu bergantung pada pendanaan asing untuk transisi energi, mengingat target ambisius pemerintah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi.
"Saya kira kita jangan harapin deh US$ 20 miliar. Komitmen ESG kita nanti akan teruji karena Pak Prabowo sudah menetapkan target pertumbuhan ekonomi 8%. Saya amat yakin bahwa kita akan melampaui 8%," imbuh Hashim.
Program JETP sebelumnya diluncurkan sebagai inisiatif internasional untuk mendukung transisi energi bersih di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Namun, lambatnya realisasi pendanaan menimbulkan pertanyaan besar terkait efektivitas program ini di masa depan.
- Trump Cabut Dukungan, JETP untuk Indonesia, Vietnam, dan Afrika Selatan Terancam
- Indonesia Perlu Pikir Ulang Ikut JETP
- Sektor Batu Bara Masih Mendominasi Ekonomi Sumsel, Tantangan Transisi Energi Makin Nyata