Solusi menyelesaikan masalah lonjakan harga minyak goreng (migor) yang ditawarkan PDI Perjuangan dinilai belum efektif. Pasalnya untuk mendorong masyarakat beralih ke minyak kelapa tak semudah membalik telapak tangan.
- Sidak Pasar di Muara Enim, Polisi Temukan Dugaan Kecurangan Volume MinyaKita
- CPO Melimpah, Aceh Berpeluang Punya Pabrik Minyak Goreng Sendiri
- Harga Gula dan Migor Naik di Pasar Inpres Muara Enim Naik
Baca Juga
Mantan Sekretaris Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Muhammad Said Didu, memandang gagasan PDIP tentang peralihan minyak sawit ke minyak kelapa bukan solusi praktis untuk masyarakat.
"Ini bukan solusi. Ini hanya meminta pindah dari minyak sawit ke minyak kelapa," ujar Said Didu melalui akun Twitter pribadinya, Selasa (29/3).
Berdasarkan pengamatannya di lapangan, minyak kelapa yang diharapkan bisa mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap minyak sawit justru memiliki harga yang sama tingginya.
"Semua harga minyak goreng naik, termasuk minyak kelapa. Harga minyak kelapa rata-rata 1,5 kali harga minyak dari CPO, karena produktivitas kelapa lebih rendah," paparnya.
Maka dari itu, mantan Komisaris PT Bukit Asam ini menyarankan PDIP memberikan aksi yang lebih nyata. Misalnya, memperjuangkan penurunan harga minyak sawit yang kini sudah berada di kisaran Rp 25 ribu ke atas per liternya.
"Yang perlu diselesaikan, harga minyak goreng harus turun," demikian Said Didu.
- Sidak Pasar di Muara Enim, Polisi Temukan Dugaan Kecurangan Volume MinyaKita
- CPO Melimpah, Aceh Berpeluang Punya Pabrik Minyak Goreng Sendiri
- Harga Gula dan Migor Naik di Pasar Inpres Muara Enim Naik