Harga Kopi di Empat Lawang Tinggi, Hasil Panen Turun

Kepala Dinas Pertanian, Hendra Lezi (kiri) dan Kabid Perkebunan, Robinson. (Salim/RmolSumsel.id)
Kepala Dinas Pertanian, Hendra Lezi (kiri) dan Kabid Perkebunan, Robinson. (Salim/RmolSumsel.id)

Produksi kopi di Kabupaten Empat Lawang, Sumatera Selatan turun hampir 40 persen. Padahal, saat ini harga kopi sedang mengalami kenaikan hingga Rp 38 ribu per kilogramnya. 


“Produksi kopi saat ini berdasarkan laporan di lapangan turun. Tapi harga naik. Kemarin sempat Rp 38 ribu per kilogramnya,” ungkap Kabid Perkebunan Empat Lawang Robinson, Kamis (3/8).

Dijelaskannya, produksi kopi di empat lawang, untuk 1 hektar rata-rata 700 kilogram. Pertahunnya produksi kopi di lebih kurang 53 ribu ton se Kabupaten Empat Lawang, dengan luas lahan 62 ribu hektar. 

“Satu hektar produksinya masih di bawah satu ton,” ujarnya.

Sementara itu Kepala Dinas Pertanian Hendra Lezi, menambahkan, produksi kopi di empat lawang ini terbagi dua klaster. Yang pertama kebun kopinya yang berada perbukitan, dan yang ke-2 kebun kopinya dekat dengan pemukiman penduduk.

“Yang dekat ini lah mereka ingin cepat menghasilkan. Mereka ketika melihat pohon kopi ada yang merah mereka ambil sampelnya di ujung digigit kalau sudah keras langsung di panen,” katanya.

Begitu juga dengan penjemuran nya, kebun yang dekat pemukiman tersebut banyak menjemur kopi di jalan, sebab tidak ada tempat untuk menjemur. Hal ini lah yang membuat pengelolaan pasca panen ini tidak terkontrol. 

“Kopi yang dijemur di jalan itu biasanya 2-3 langsung kering, padahal kalau dijemur 2 hari itu kadar airnya masih ada itulah yang membuat kurangnya mutu kopi ini,” jelasnya.

Tapi bagi kebun kopi nya di perbukitan, para petani panen kopinya memang benar-benar sudah masak dan menjemurnya pun disediakan tempat khusus minimal 7 hari baru kering. 

“Setelah itu kopi disimpan tempat khusus mereka nunggu harga, sifat kopi ini semakin lama semakin bagus karena kadar air nya sudah hilang,” ucapnya.

Memang produksi kopi di empat lawang saat ini menurun hampir 40 persen, hal dikarenakan banyak para petani kopi di empat lawang beralih fungsi ke kelapa sawit. Dan ini terjadi di setiap kecamatan. 

“Padahal kopi robusta empat lawang ini cita rasa nya secara nasional sudah diakui, kalau kita melakukan produksi pasca panen sampai dikonsumsi itu ada nilainya di nasional, kemarin kita berada di nomor 7 kopi terlezat di Indonesia. Karena pengelolaan kita ini kurang memadai makanya kurang dilirik,” ungkapnya.

Kopi empat lawang ditambahkan Hendra Lezi, merupakan kopi yang alami tidak ada unsur kimia karena tidak ada pemupukan. "Tapi petani kita ini untuk penyiangan hama rumput, pakai racun rumput, ini yang membuat mutu kualitas kopi kita turun,” pungkasnya.