Harga Gabah Naik, Beras Jadi Penyumbang Inflasi di Sumsel

Kepala BPS Sumatera Selatan, Moh Wahyu Yulianto/ist
Kepala BPS Sumatera Selatan, Moh Wahyu Yulianto/ist

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Selatan mencatat inflasi pada Mei 2025 sebesar 0,35 persen secara bulanan (month to month/mtm), meskipun beberapa komoditas pangan seperti cabai dan bawang putih mengalami penurunan harga yang cukup tajam.


Namun, penurunan harga pada komoditas hortikultura tersebut tidak diikuti oleh beras. Harga beras justru mengalami kenaikan yang cukup signifikan, seiring dengan meningkatnya harga pembelian pemerintah (HPP) terhadap gabah sejak enam pekan terakhir.

"Harga gabah saat ini mencapai Rp6.500 per kilogram. Ketika harga dasar pembelian gabah naik, otomatis harga beras juga ikut naik setelah digiling," kata Kepala BPS Sumatera Selatan, Moh Wahyu Yulianto, Senin (2/6/2025).

Ia menjelaskan, kenaikan harga gabah menjadi salah satu pemicu utama naiknya harga beras, yang kemudian turut menyumbang inflasi di Sumsel pada Mei ini.

Secara tahunan (year on year/yoy), inflasi Sumatera Selatan tercatat sebesar 2,33 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 108,93. Inflasi tertinggi terjadi di Kabupaten Muara Enim sebesar 3,32 persen (IHK 110,34), sedangkan inflasi terendah tercatat di Kota Lubuk Linggau sebesar 1,85 persen (IHK 107,29).

Adapun inflasi sejak awal tahun (year to date/ytd) hingga Mei 2025 mencapai 1,79 persen.

Meski harga beras naik, Wahyu memastikan masyarakat tidak perlu khawatir terhadap ketersediaan pasokan. Produksi padi di Sumsel dinilai masih mencukupi kebutuhan.

"Kita masih memiliki area persawahan yang cukup luas dan produksi padi juga relatif tinggi, mencapai 8.000 ton. Ini menunjukkan bahwa pasokan masih aman, hanya saja harga menjadi perhatian karena termasuk komoditas parasitis terhadap inflasi," ujarnya.