Gunung Seminung Keluarkan Zat Belerang, Warga OKU Selatan ‘Panen’ Ikan Mabuk

Warga mendapatkan ribuan ikan di  Danau Ranau, OKU Selatan akiat terjadinya fenomena naiknya asam belerang dari gunung seminung yang menyebabkan ikan-ikan menjadi mabuk. (ist/RmolSumsel.id)
Warga mendapatkan ribuan ikan di Danau Ranau, OKU Selatan akiat terjadinya fenomena naiknya asam belerang dari gunung seminung yang menyebabkan ikan-ikan menjadi mabuk. (ist/RmolSumsel.id)

Ribuan ikan yang berada di danau ranau, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan, Sumatera Selatan menjadi mabuk setelah terkena zat belerang yang keluar dari gunung seminung.


Akibatnya, ribuan ikan sungai yang ada di dalam danau ranau naik ke permukaan sehingga warga sekitar berduyun-duyun menangkapnya.

Dikatakan Sudir warga sekitar, fenomena ikan mabuk di danau ranau ini telah dua kali terjadi. Kejadian pertama berlangsung pada akhir tahun 2022.

Kondisi ikan saat itu ikut naik setelah mabuk terkena zat belerang.

“Ikannya bukan mati, cuma mabuk jadi mudah ditangkap. Tahun kemarin juga begini,”kata Sudir.

Sudir pun menganggap peristiwa itu menjadi berkah bagi warga sekitar. Mereka bisa mendapatkan puluhan kilogram ikan hanya dengan menjaring di pinggir sungai.

Ikan yang didapatkan tersebut sebagian dikonsumsi dan dijual warga.

“Ikannya tidak beracun, masih bisa dimakan. Kejadian seperti ini sudah lama sekali, dulu setiap lima tahun, tapi kemarin baru berlangsung dan terjadi lagi kemarin,”jelasnya.

Menurut Sudir, mereka sering menyebut fenomena ribuan ikan mati di danau ranau tersebut sebagai ‘Bentilehan’.

“Kalau bentilehan ini sering terjadi, memang biasanya ikan di danau jadi mabuk karena terkena air belerang,”ujarnya.

Terpisah, Kepala Dinas Perikanan Kabupaten OKU Selatan Faridah menjelaskan, fenomena Bentilehan ini  menyebar di Kecamatan Pematang Ribu Ranau Tengah hingga Kecamatan Warkuk Ranau Selatan.

Bentilehan ini terjadi akibat air danau ranau yang meluap dan banyak mengandung belerang.

“Fenomena ini tidak bisa diprediksi, kadang setiap 3 tahun sampai 5 tahun sekali. Namun sekarang terjadi satu tahun sekali. Karena tahun kemarin juga seperti ini,”jelas faridah.

Meskipun warga setempat mengaku ketiban rejeki, kejadian itu rupanya berdampak buruk bagi para petani tambak ikan. Tambak mereka yang berisi ikan mujair dan gurami juga mati, karena fenomena tersebut.

Sehingga, para petani tambak lebih memilih panen secara dini ketimbang mengalami kerugian besar akibat ikan mati terkena air belerang.

“Sebagian juga ada yang mengkonsumsi sendiri bahkan dijual dengan harga dibawah pasaran mencapai Rp 15.000 hingga Rp 10.000 per kilogram,”kata dia. (RK)