Gunung Dempo Naik Status Jadi Level Waspada

Gunung Dempo (net/rmolsumsel.id)
Gunung Dempo (net/rmolsumsel.id)

Gunung Dempo yang berada di Kota Pagaralam naik dari normal (Level 1) menjadi Waspada (Level 2). Kenaikan status tersebut berdasarkan surat yang dikeluarkan Badan Geologi Kementerian ESDM tertanggal 7 Januari 2022.


Dalam surat tersebut, kenaikan level tersebut terjadi setelah adanya aktivitas Gunung Dempo sebulan terakhir. Dimana terjadi getaran Tremor menerus selama bulan April hingga September 2021.

Selama 1 Desember 2021 hingga 2 Januari 2022 gunung api terlihat jelas hingga tertutup kabut, pada saat cuaca cerah tidak teramati adanya hembusan gas/asap dari arah kawah/puncak. Pada tanggal 3 Januari 2022 teramati hembusan gas dari arah kawah/puncak berwarna putih tebal dengan tinggi sekitar 150 meter dari atas puncak. Hembusan tidak berlangsung menerus, pada 4 hingga 6 Januari 2022 tidak teramati hembusan gas dari arah kawah/puncak.

Jenis gempa yang terekam selama periode 1 Desember 2021 hingga 6 Januari 2022 (Lampiran 1) yaitu Gempa Hembusan, Low Frequency, Vulkanik Dalam, Tektonik Lokal, Tektonik Jauh dan Tremor Menerus. Tremor Menerus dengan amplitudo 0.5 – 2 mm (dominan 0.5 mm) mulai terekam pada tanggal 4 hingga 6 Januari 2022.

Pengamatan visual menunjukkan adanya kenaikan aktivitas hembusan gas dari kawah/puncak, seiring dengan kemunculan getaranTremor yang mengindikasikan adanya kenaikan fluida (gas, cairan, batuan padat) ke kedalaman lebih dangkal. Hasil spektogram gempa G. Dempo dari tanggal 1 hingga 6 Januari 2022 menunjukkan energi gempa frekuensi rendah yang meningkat sejak tanggal 3 Januari 2022 (Gambar 2), yang berasosiasi dengan adanya input fluida yang bersifat mendadak (tidak gradual) dan terespon langsung ke permukaan.

Potensi ancaman bahaya saat ini adalah erupsi freatik menghasilkan abu dan hujan lumpur, serta hembusan gas vulkanik konsentrasi tinggi yang sebarannya terbatas di sekitar kawah/puncak. Erupsi freatik bisa terjadi secara tiba-tiba tanpa didahului oleh gejala peningkatan yang jelas. Radius terdampak material jatuhan bisa mencapai 1 Km dari kawah, serta aliran lumpur ke arah 2 Km sektor utara searah bukaan kawah.

“Masyarakat di sekitar G. Dempo diharap tenang tidak terpancing isu-isu tentang erupsi G. Dempo, dan agar senantiasa mengikuti arahan dari BPBD Propinsi Sumatera Selatan dan BPBD Kota Pagar Alam, Kabupaten Lahat, dan Kabupaten Empat Lawang,” kata Kepala Badan Geologi Eko Budi Lelono dalam suratnya.

Sementara itu, Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel, Ansori mengatakan, Gunung Dempo terakhir mengalami erupsi 1 Januari 2009 lalu. Menurutnya, saat itu aktivitas erupsi membuat beragam ikan yang hidup di sungai sekitar gunung mati.

“Kejadiannya (erupsi) sudah sangat lama. Waktu itu mengeluarkan material belerang yang membuat banyak ikan di sungai mati,” pungkasnya.