Eropa Buat Jatah Listrik Selama Musim Dingin Lantaran Krisis Energi

ilustrasi/net
ilustrasi/net

Krisis energi yang menghantam Eropa menjadi tantangan tersendiri menjelang musim dingin.


Menurut Kepala Strategi Komoditas di Saxo Bank, Ole Hansen, Eropa terpaksa memotong pasokan listrik dan menjatahnya selama musim dingin jika tidak mendapat pasokan gas dari Rusia.

"Kecuali Rusia menahan pasokan gas untuk memaksa penerimaan pipa NS 2 (Nord Stream 2), kami berharap Gazprom akan meningkatkan pasokan setelah fasilitas domestik telah diisi, diharapkan sekitar akhir bulan ini. Jika tidak, dan mengingat persaingan dengan Asia, harga bisa tetap tinggi hingga bulan-bulan musim dingin dengan musim dingin yang lebih dingin dari biasanya yang membawa risiko pengurangan pasokan dan penjatahan," kata Hansen.

Ia mengatakan, situasi semakin diperburuk oleh perusahaan energi negara China yang menerima pesanan untuk membeli bahan bakar dengan harga berapa pun.

"Perekonomian global yang terlalu terstimulasi telah mendorong lonjakan permintaan listrik di seluruh dunia, tidak terkecuali di China, yang menghadapi prospek pemadaman listrik dan penjatahan listrik di industri-industri konsumsi berat," tambah Hansen.

Dihadapkan dengan krisis energi yang membayangi, Eropa dalam beberapa kesempatan menuduh Rusia menyabotase pasokan gas.

Pada September, kandidat kanselir Jerman dari Partai Hijau, Annalena Baerbock, mengatakan raksasa gas Rusia Gazprom sengaja memotong pasokan gas ke Eropa yang melanggar kontrak yang ada.

Kremlin sejak itu membantah semua tuduhan. Mereka menegaskan Gazprom sepenuhnya mematuhi semua kewajibannya dan bahkan meningkatkan ekspornya ke beberapa negara selama beberapa bulan terakhir.