Sebagai bentuk dukungan kepada pelestarian sejarah dan kebudayaan di Sumatera Selatan, DPRD Sumsel akan menganggarkan dana di APBD Perubahan tahun 2022.
- Pansus DPRD Sumsel Desak Pemprov Validasi Data Perkebunan Sawit
- DPRD Sumsel Desak Gubernur Kaji Ulang Kegiatan di Buffalo Center Rambutan
- Ribuan Buruh Sumsel Kepung DPRD, Tuntut Penetapan UMSP dan Evaluasi Pengawas Tenaga Kerja
Baca Juga
“Akan dimasukkan nanti, kegiatan apapun namanya bisa itu pawai kebangsaan dan berkaitan dengan sejarah dan budaya dengan kegiatan lebih besar lagi dengan melibatkan semua elemen masyarakat,” kata Wakil Ketua Komisi V DPRD Sumatera Selatan, Mgs Syaiful Padli di acara Bincang Sejarah “Perang Lima Hari Lima Malam di Kota Palembang” yang diselenggarakan Cakrawala Perjuangan Indonesia (CPI), di Panche Hub Coffe and art Space, Minggu (2/1).
Hadir sebagai pemateri yakni pemerhati sejarah Palembang R Muhammad Ikhsan dan penggiat sejarah Palembang Robby Sunata.
Ikut hadir di kegiatan tersebut di antaranya Sultan Palembang Darussalam Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) IV Jaya Wikrama RM Fauwaz Diradja, Ketua Panitia Besar Peringatan Perang Lima Hari Lima Malam di Palembang Vebri Al Lintani, Sejarawan Sumsel Kemas Ari Panji, Ketua Cakrawala Perjuangan Indonesia (CPI) Kgs M Ilham Akbar beserta pengurus, budayawan Sumsel Ali Goik.
Kegiatan ini merupakan rangkaian kegiatan peringatan Perang Lima Hari Lima Malam di Kota Palembang yang diselenggarakan 55 komunitas yang ada di kota Palembang.
Sebelumnya Komunitas Pecinta Ziarah Palembang Darussalam dan Sumatera Selatan (Kopzips) bersama komunitas lain melakukan ziarah ke Taman Makam Pahlawan Ksatria Ksetra Siguntang dan Sahabat Cagar Budaya (SCB) menggelar kegiatan bincang pusaka dan Heritage Walk Palembang di Taman Jeramba Karang di Jalan Merdeka, Palembang dilanjutkan ke Lawang Borotan di Benteng Kuto Besak, Minggu (2/1).
Syaiful mengatakan, nanti anggaran tersebut akan berada di Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Sumsel.
“Ini bagian dari saya pribadi khususnya untuk lebih banyak lagi belajar sejarah ini,” ujarnya.
Sekretaris Fraksi PKS DPRD Sumsel ini tidak bisa membayangkan bagaimana dampak di bidang ekonomi dari Perang Lima Hari Lima Malam di Palembang dari tanggal 1 sampai 5 Januari 1947.
“Sekarang Pemerintah mengangkat masyarakat dari kemiskinan butuh waktu yang sangat panjang. Mungkin kita perlu belajar dari sejarah dari pemimpin dulu, bagaimana kemudian mengajak kepedulian seluruh rakyat bahwa kemiskinan ini harus ada gerakan dari semua masyarakat untuk bangkit,” tuturnya.
Pemerhati Sejarah Palembang, R Muhammad Ikhsan melihat teatrikal Perang Lima Hari Lima Malam mengingatkan kembali kisah perjuangan rakyat Palembang mengusir Belanda dari bumi pertiwi. Namun saat itu seluruh pejuang di Kota Palembang memutuskan untuk mundur sejauh 20 km dari pusat kota. Sebab pasukan Belanda mengancam akan membumihanguskan pusat kota Palembang dalam pertempuran tersebut.
“Karena masyarakat saat itu banyak yang berada di kota, jadi para pejuang kita memilih untuk mundur. Padahal kekuatan pejuang kita sudah kuat untuk berperang di kota. Tapi karena khawatir rakyat jadi korban, akhirnya diputuskan untuk mundur sejauh 20 kilometer. Kejadian itu terjadi di bulan Januari tahun 1947,” terangnya.
Namun sayangnya pada bulan Juli atau tepatnya agresi Militer I, pasukan Belanda sudah melanggar kesepakatan jarak 20 kilometer yang sebelumnya sudah disepakati. Mengingat saat itu militer Belanda juga memiliki peralatan perang yang lebih lengkap dari pada para pejuang tanah air, akhirnya pejuang kemerdekaan Indonesia di Palembang memutuskan untuk mundur dari tempatnya semula. Pejuang Palembang akhirnya membuat “kantong-kantong” markas sementara sampai ke wilayah-wilayah pedalaman di Sumsel.
Pegiat Sejarah Palembang, Robby Sunata menjelaskan, Perang Lima Hari Lima Malam di Palembang adalah perang besar yang juga mendapatkan perhatian dari Pemerintah pusat.
“Dari situ saja jelas kalau perang ini penting, perang ini diperhatikan oleh Pemerintah pusat yang ada di Yogyakarta. Karena Palembang waktu itu ada dua kilang minyak terbesar di Asia Tenggara, di mana sekitar 70 persen penghasil minyak di Indonesia ada di Palembang. Jadi secara ekonomi dan politik Palembang penting,” tuturnya.
Ketua Cakrawala Perjuangan Indonesia (CPI) Kgs M Ilham Akbar berharap agenda diskusi sejarah seperti ini untuk terus digiatkan.
“Ke depan tidak hanya Perang Lima Hari Lima Malam, karena banyak perang lain di Sumsel yang harus diangkat, ini adalah momentum. Tapi perang lain harus kita ikut sertakan karena tidak boleh kita lupakan,” ucap Ilham.
- Pansus DPRD Sumsel Desak Pemprov Validasi Data Perkebunan Sawit
- DPRD Sumsel Desak Gubernur Kaji Ulang Kegiatan di Buffalo Center Rambutan
- Ribuan Buruh Sumsel Kepung DPRD, Tuntut Penetapan UMSP dan Evaluasi Pengawas Tenaga Kerja