Presiden Donald Trump telah memerintahkan para gubernur di Amerika Serikat untuk memberlakukan jam malam di berbaga kota. Karena gelombang kerusuhan akibat protes kematian George Floyd tak terbendung.
- Golkar Tegaskan Akan Tetap Usung Airlangga Hartarto Sebagai Capres 2024
- Joki Karantina Bahayakan Masyarakat, Ketua DPR: Kejarlah Rezeki dengan Cara yang Baik
- Presiden Jokowi Gunakan Baju Adat Tanimbar Saat Hadiri Sidang Tahunan MPR
Baca Juga
Ya. Kematian George Floyd membuat sebagian warga Amerika Serikat mengabaikan ancaman wabah virus corona. Tanpa menerapkan social distancing atau pembatasan lainnya, mereka turun ke jalan untuk memprotes pembunuhan pria kulit hitam itu oleh polisi.
Amerika Serikat adalah negara dengan jumlah kasus virus corona terbanyak di dunia. Setiap hari puluhan ribuan orang di negara itu terdeteksi positif corona.
Hingga kemarin, Sabtu (30/6), demonstrasi berlangsung di setidaknya 30 kota. Jumlah pesertanya dari ratusan hingga puluhan ribu. Di beberapa kota, aksi protes berbuntut kerusuhan dan penjarahan.
Gubernur Minnesota Tim Walz mengaku pasrah melihat berkumpulnya massa dalam jumlah besar. Menurut dia, ketika situasi sudah seperti ini, maka penularan virus corona tak terhindarkan lagi.
"Yang saya sangat khawatirkan akan ada super spreader," ujar dia seperti dilansir JPNN.Com, Minggu (31/5/2020).
"Pasti akan ada lonjakan kasus. Itu tidak bisa dihindari," tambah dia.
Seperti diketahui, George Floyd adalah pria kulit hitam yang tewas akibat lehernya ditindih seorang polisi kulit putih di Minnesota pada 25 Maret lalu.
Polisi yang melakukan aksi brutal tersebut telah dipecat dan kini terancam dipidana. Meski begitu, demonstran belum puas. Mereka menuntut tiga polisi lain yang hadir saat Floyd disiksa untuk dipidana juga. [ida]
- Ganjar Pranowo Kampanye di Sumsel 21 Desember
- Hasil Pleno Rekapitulasi KPU Muara Enim, Paslon Edison-Sumarni Unggul dengan 114.258 Suara
- Praktik Buruk Pilpres Diprediksi Berlanjut ke Pilkada