Cuaca Buruk, Nelayan Aceh Urung Melaut

Cuaca buruk mengakibatkan sejumlah nelayan tidak melaut. Sejumlah Kapal nelayan terlihat sedang bersandar di PPS Lampulo Banda Aceh. (rmolaceh/rmolsumsel.id)
Cuaca buruk mengakibatkan sejumlah nelayan tidak melaut. Sejumlah Kapal nelayan terlihat sedang bersandar di PPS Lampulo Banda Aceh. (rmolaceh/rmolsumsel.id)

Cuaca buruk yang melanda kawasan perairan Provinsi Aceh membuat nelayan mengurungkan niatnya melaut. 


Hal ini diungkapkan Wakil Sekretaris Panglima Laot Aceh, Miftah Cut Adek kepada Kantor Berita RMOL Aceh, Minggu (16/10). 

Menurutnya, sejumlah nelayan di Aceh tidak melaut sejak beberapa hari terakhir. "Tapi ada yang curi-curi waktu juga. Ada yang pergi, ada yang tidak," kata Miftah.

Miftah mengatakan, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sudah memperingatkan kondisi cuaca beberapa wilayah di Aceh. BMKG juga mengimbau agar nelayan waspada potensi gelombang tinggi.

"Kami juga sudah menyebarkan informasi tersebut kepada para nelayan. Mungkin beberapa hari lagi baru kondisi normal," ujar dia.

Dalam berita sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperingatkan agar pemerintah dan masyarakat di sejumlah wilayah di Aceh untuk waspada cuaca ekstrim. Cuaca ekstrim tersebut terjadi sehubungan dengan terdapatnya daerah konvergensi dan belokan angin di sekitar wilayah Aceh.

Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Kelas 1 Sultan Iskandar Muda Banda Aceh, Nasrol Adil dalam surat yang ditujukan kepada Penjabat (Pj) Gubernur Aceh mengatakan Hidrometeorologi berupa potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat disertai petir dan angin kencang berpotensi terjadi di beberapa wilayah di Aceh. 

Nasrol Adil, dalam surat tertanggal 14 Oktober 2022 mengatakan hujan lebat dan angin kencang tersebut dapat menyebabkan bencana banjir dan longsor.

"Peringatan ini berlaku berlaku pada tanggal 15 - 25 Oktober 2022," ujar Nasrol Adi dalam surat yang diperoleh Kantor Berita RMOLAceh, Sabtu, 15 Oktober 2022.

Lebih lanjut Nasrol menjelaskan, berdasarkan pantauan prakiraan angin lapisan 3000 feet, terdapat potensi daerah konvergensi di Selat Malaka atau sekitar Timur  Laut Aceh, dan daerah belokan angin (shearline) yang memanjang di wilayah Propinsi Aceh.

"Kondisi ini dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan-awan konventif yang dapat menyebabkan hujan dengan intensitas sedang hingga lebat disertai petir dan angin kencang," ujar Nasrol.

Adapun wilayah dengan status siaga yaitu Aceh Utara, Aceh Timur, Aceh Tamiang, Langsa, Bireuen dan Lhokseumawe. Sedangkan untuk wilayah Waspada yaitu Aceh Besar, Banda Aceh, Aceh Jaya, Pidie, Pidie Jaya, Aceh Tengah dan Bener Meriah. 

Selain itu wilayah Waspada juga berlaku untuk kabupaten Aceh Selatan, Singkil, Subulussalam, Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh Barat Daya , Gayo Lues, Aceh Tenggara dan Sabang.

Sementara itu Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Blang Bintang, Zakaria juga mengimbau nelayan yang berlayar di kawasan Samudera Hindia Barat Aceh, untuk waspada gelombang tinggi yang dapat mencapai empat meter.

"Begitu juga dengan nelayan yang mencari ikan di Utara Sabang, ini tinggi gelombangnya juga bisa mencapai empat meter," kata dia.