Budayawan Sumsel Sebut Pembangunan di Palembang Banyak Merusak Cagar Budaya

Budayawan Sumsel Vebri Al Lintani/ist
Budayawan Sumsel Vebri Al Lintani/ist

Budayawan Sumsel, Vebri Al Lintani menilai hingga saat ini banyak pembangunan di Palembang yang merusak cagar budaya. Pasalnya, pembangunan tersebut tidak melibatkan Kantor Arkeologi yang mengerti akan data sejarah.


Menurutnya, saat ini banyak investasi yang masuk itu tidak melibatkan (Arkeologi). Seperti contoh PU PR yang menurutnya banyak merusak karena lebih mengutamakan pendekatan landskap taman tidak melihat latar belakang dari taman tersebut seperti apa.

"Misalnya, Bukit Siguntang," katanya saat kunjungan Wakil Ketua Komisi I DPRD Palembang yang juga anggota Badan Pembentukan Peraturan Daerah (Bapemperda) Palembang di Kantor Arkeologi Sumsel, Selasa (8/2).

Contoh lain yaitu, pembangunan kolam air mancur depan Museum SMB II Palembang yang kini mulai diratakan, lalu, pembangunan Pulau Cinta di TPKS Gandus Palembang, Renovasi Monpera, dan Restorasi Sekanak Lambidaro. Menurutnya, hingga saat ini pembangunan fisik dan pembangunan kebudayaan masih timpang. 

Karena itu, dia berharap agar ada regulasi serta perlu pelibatan Kantor Arkeologi. Artinya, jangan langsung diserahkan kepada PU PR. Karena, pendekatannya belum tentu cocok dengan karakter yang ada. 

Dia juga menambahkan, terkait dengan revitalisasi Benteng Kuto Besak (BKB). Menurutnya, harus terus diperjuangkan dengan melibatkan Kesultanan Palembang Darussalam, termasuk partai politik yang ada di Palembang. Menurutnya, pelibatan Parpol ini bukan untuk politik praktis melainkan untuk kepentingan BKB.

"BKB itu bisa difungsikan bagaimana adanya, ditambah lagi dengan adannya wacana baru defence heritage oleh  Jeanne Francoise, kita coba masuk ke arah itu , karena selama ini kita berharap dengan Pemkot terlalu banyak sehingga sulit berharap dengan Pemkot lagi," ujarnya.

Dari informasi yang didapatnya, Defence Heritage ini bukan bangunan tapi sepanjang Sungai Musi dan Pulau Kemaro, Karena wilayah tersebut merupakan tempat perang. Kemudian, dia meminta agar DPRD Palembang juga lebih mendorong bagaimana BKB dapat difungsikan sebagai Defence Heritage dan dinikmati oleh masyarakat sebagai benteng-benteng di tempat lainnya.

"Tempat perang lima hari lima malam itu bisa disebut juga Defence Heritage," pungkasnya.