Bicara Krisis Parah, CELIOS Beri Lima Tips untuk Pemerintah

Direktur CELIOS, Bhima Yudhistira. (Istimewa/rmolsumsel.id)
Direktur CELIOS, Bhima Yudhistira. (Istimewa/rmolsumsel.id)

Bank Indonesia menyatakan kondisi dunia saat ini tengah mengalami krisis yang sangat parah. Hal ini memperburuk gangguan pada rantai perdagangan dunia dan meningkatkan ketidakpastian di Pasar Keuangan Global.


Pernyataan itu pun langsung direspon oleh Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira saat berbincang dengan Kantor Berita Politik RMOL, pada Sabtu (23/4).

Bhima mengatakan BI dan Pemerintah harus melakukan langkah antisipatif terhadap ancaman eksternal yang berbengaruh terhadap harga komoditas di dalam negeri. Ancaman eksternal itu, terkait krisis yang sangat parah akibat pandemi Covid-19 yang belum usai ditambah perang antara Rusia dan Ukraina mengakibatkan tekanan ekonomi makin tinggi. Itu semua, menyebabkan harga komoditas global meningkat tajam.

"BI dan Pemerintah harus segera merespon tantangan eksternal dengan lima kebijakan," kata Bhima.

Pertama, kata dia, dorong dana hasil ekspor (DHE) untuk segera dikonversi dan disimpan di perbankan dalam negeri. DHE bisa didorong terutama ke pengusaha ekspor perkebunan sawit, batubara yang selama ini dianggap kurang patuh regulasi.

Kedua, jaga stabilitas harga pangan dan energi dengan penambahan subsidi energi maupun dana kompensasi.

"Realokasi anggaran dari infrastruktur misalnya ke stabilitas energi mendesak dilakukan," tegas Bhima.

Ketiga, kata Bhima, BI dan Pemerintah harus memperbesar insentif bagi PMA atau perusahaan asing agar lakukan re-investasi didalam negeri agar cegah transfer keuntungan ke negara asalnya.

"Keempat, kendalikan jumlah beban pembayaran bunga utang pemerintah dengan efisiensi belanja pegawai dan belanja barang," tuturnya.

Terakhir, Bhima meminta pemerintah untuk segera ciptakan iklim investasi yang kondusif. Sehingga, kegaduhan yang bersumber dari internal pemerintah bisa diredam secara signifikan untuk stabilitas ekonomi.