Holda menjadi bakal calon gubernur perempuan pertama di Sumsel yang menyatakan kesiapannya maju di Pilgub mendatang. Tekad ini dibuktikannya dengan mengambil formulir pendaftaran bakal calon gubernur di kantor DPD PDI Perjuangan Sumsel, Jumat (19/4).
- Menkumham Yasonna Bangga RKUHP Sudah Berhasil Jadi UU
- KAMI Akan Deklarasi di Yogyakarta
- Ratusan Personel Polda Dikerahkan Amankan Objek Vital selama Demo Mahasiswa
Baca Juga
Majunya Bendahara Demokrat Sumsel ini mendapat apresiasi, tidak hanya sebagai kuda hitam melainkan bisa menjadi pilihan utama bagi masyarakat Sumsel yang resah dan lelah dengan rezim yang dianggap tidak memberikan perubahan signifikan selama ini.
"Majunya Holda secara tidak langsung membawa isu gender ke permukaan. Harus kita akui, tidak jarang pula pemimpin wanita di Indonesia ini hadir dan membawa pembaruan. Tapi kita harus melihat dulu sejauh mana komitmen, gagasan yang dibawanya untuk masyarakat," kata pengamat Bagindo Togar.
Hal ini merujuk pada pasangan yang telah memimpin Sumsel sebelumnya, yakni Herman Deru dan Mawardi Yahya yang kini telah terpecah. Masing-masing menyatakan maju bahkan telah menunjuk pasangan untuk maju di Pilkada mendatang.
Sementara Holda, selama ini dikenal fokus pada penanganan masalah lingkungan dan sumber daya alam serta pengembangan ekonomi hijau di Sumsel. Gagasan besar itu seharusnya bisa dikonversi menjadi program yang berpihak dan menguntungkan masyarakat.
"Tapi, sosialisasi mengenai gagasan ini harus dimulai dari sekarang mengingat pemilih di Sumsel kurang terlalu peka terhadap isu tersebut," kata Bagindo.
Peneliti Public Trust Institute, Fatkurohman mengatakan, peluang Holda sebagai wakil perempuan dalam Pilkada Serentak cukup besar. "Dari sisi peluang, semua kandidat memiliki peluang yang sama. Baik laki-laki maupun perempuan," kata Fatkurohman.
Sebab, sambungnya, isu gender di Sumsel tidak memiliki resistensi yang cukup serius. Terbukti dari terpilihnya pasangan Ratna-Suwarti di Pilkada Musi Rawas. "Mereka dua-duanya perempuan. Jadi berdasarkan pemetaan kita, tingkat kemenangan tergantung dari dari kinerja politik karena menyangkut dengan persepsi publik," ucapnya.
Dijelaskannya, banyak faktor yang menyebabkan masyarakat memilih perempuan untuk menjadi pemimpin. Gaya komunikasi serta cara perhatian perempuan saat berhadapan masyarakat menjadi beberapa faktor.
"Perempuan bisa lebih luwes dalam berkomunikasi. Cara perhatiannya juga mampu memenangkan hati masyarakat," terangnya.
Namun, faktor tersebut juga harus ditunjang dari sisi ketokohan serta struktur relawan yang kuat. Sebab, banyak perempuan yang terjun ke politik mengalami kegagalan karena struk relawan yang lemah.
"Kalau berbagai komponen itu disatukan, bukan tidak mungkin kandidat perempuan bisa mencetak sejarah memenangkan Pemilihan Gubernur Sumsel," bebernya. (*/adv)
- Dukung Firli jadi Capres, Petani Kopi: Hakim Agung saja Ditangkap Apalagi Cuma Sekelas Gubernur dan Menteri
- Di Depan Prasasti Kimilsungia, Indonesia-Korut Rayakan 58 Tahun Kunjungan Kim Il Sung
- KPU Palembang Jadwal Ulang PSL di 3 Kecamatan