Banjir dan tanah longsor yang dipicu hujan lebat menerjang sebagian besar wilayah Rwanda, dan menewaskan sedikitnya 129 orang pada Rabu (3/5).
- Terpengaruh Konflik Israel-Hamas, Harga Minyak Dunia Diperkirakan Naik
- Sempat Terhalang Karena Pandemi, Tradisi Santap Bubur Suro di Palembang Digelar Kembali
- Indonesia dan Malaysia Perpanjang Kerjasama Pertukaran Mata Uang Lokal Rp82 Triliun
Baca Juga
Di tengah upaya penyelamatan yang masih terus berlangsung, korban tewas diperkirakan akan terus bertambah di provinsi barat, utara, dan selatan. Lantaran cuaca ekstrem masih terus terjadi di sepanjang malam.
"Intervensi penyelamatan sedang berlangsung di distrik yang paling terkena dampak untuk mengamankan warga," kata pernyataan dari kantor kepresidenan.
Beberapa akses jalanan dikabarkan ditutup karena tidak dapat digunakan. Menurut Badan Meteorologi Rwanda, cuaca buruk masih akan terus berlangsung di negaranya, dengan curah hujan tertinggi akan terjadi di awal bulan Mei ini.
"Pada 10 hari pertama bulan Mei akan lebih basah dari biasanya dengan curah hujan yang meningkat dibandingkan dengan April," ujar badan perkiraan cuaca negara itu, dimuat CNN.
Menurut Kementerian Penanggung Jawab Manajemen Darurat (MINEMA) Pemerintah Rwanda, sejak Januari hingga April kemarin, lebih dari 60 orang tercatat telah meninggal dunia akibat bencana yang terkait cuaca buruk, dengan sekitar 1.205 rumah dan 5.000 hektar tanah di seluruh negeri telah hancur.
Untuk itu, pemerintah Rwanda sebelumnya telah meminta masyarakat yang tinggal di kawasan rawan banjir dan longsor agar segera mengungsi ke tempat yang lebih aman, untuk menghadapi cuaca buruk yang diperkirakan terus terjadi pada bulan ini.
- Erdogan Akhirnya Kembali Menjadi Presiden Turkiye
- Muhyiddin Yassin Tantang Anwar Ibrahim Buktikan Punya Dukungan Mayoritas di Parlemen
- Rusia Tuding Ukraina Diperkuat Tentara Bayaran, Tiga Negara Ini Bantah Terlibat