Arkeolog Sumsel Ingatkan Penyelamatan Peninggalan Sriwijaya

Pengelola Museum Sriwijaya yang berlokasi di Komplek Taman Wisata Kerajaan Sriwijaya (TWKS) Karang Anyar, Gandus, Palembang   kembali akan mengatur alur cerita tata pamernya, Selasa (27/7).


Untuk itu pihak Museum Sriwijaya menggelar diskusi kelompok terfokus  dihadiri Kepala Balar Sumsel Drs Budi Wiyana, Arkeolog Balar Sumsel  Dr Retno Purwati,  Mhum dan Sondang M. Siregar, SS, M.Si, Kepala Bidang (Kabid) Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Sumsel Cahyo Sulistyaningsih.

Selain itu hadir peneliti muda  Balar Sumsel Dr Wahyu Rizky Andhifani SS MM, Pustakawan Madya  Dinas Perpustakaan Sumsel Drs Ahmad Rafanie Msi, Koordinator Program  Studi Strata Satu (Prodi SI) Pendidikan Sejarah Universitas  Sriwijaya (Unsri) Dr Syarifuddin Mpd dan Kepala UPTD Museum Sriwijaya Nur Yasin SE melalui Kepala Seksi (Kasi) Museum Sriwijaya Diah Anggraini Deliningtias SS.

Arkeolog Balar Sumsel  Dr Retno Purwati,Mhum mengingatkan penyelamatan peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang kini kondisinya sangat memprihatinkan perlu peran serta dari  pemerintah daerah dan masyarakat.

“ Dari dulu katakanlah dari kami peneliti selalu menegaskan, kebijakan pemerintah daerah tidak berlanjut, artinya tergantung yang memerintah siapa, kalau yang memerintah itu oke pro sejarah, pro kejayaan Sriwijaya, dia akan dukung dengan segala peraturannya, tapi begitu enggak ya udah abai dan masyarakat juga begitu, saya enggak ya mereka enggak tahu, pura-pura enggak tahu atau masa bodoh,” katanya.

Balar Sumsel menurutnya sudah berbagai cara melakukan dan mensosialisasikan tinggalan-tinggalan arkeologi. “Bahkan saya sendiri secara personal sudah mendekat kelompok-kelompok yang liar-liaran itu, istilah dari sisi kami kurang apalagi gitu lho, kalau saya jujur tidak terlalu banyak berharap kepada pemerintah , justru yang saya harapkan itu partisipasi masyarakat, karena justru dari situlah hanya masyarakat yang mendorong pemerintah  untuk katakanlah peduli, tanpa itu kok susah ya,” katanya.

Kepala Balar Sumsel Drs Budi Wiyana menambahkan untuk mengembangkan Museum Sriwijaya menjadi Museum terbuka menurutnya akan memakan biaya yang besar namun menurutnya selain pendanaan dari APBD juga bisa di harapkan dari Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan yang ada di Sumsel.

Kepala Bidang (Kabid) Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Sumsel Cahyo Sulistyaningsih memastikan Pemerintah Provinsi Sumsel memiliki komitmen untuk memajukan Museum Sriwijaya.

Karena itu menurutnya perlu juga adanya dukungan semua pihak termasuk masyarakat untuk merealisasikan hal tersebut.

Kepala Seksi (Kasi) Museum Sriwijaya Diah Anggraini menilai  idealnya tata pameran sebuah museum harus didesain ulang setiap lima tahun sekali.

Dan menurutnya kajian alur cerita yang dibahas stakeholders yang hadir hari ini  merupakan rangkaian dalam mendesain ulang tata pameran Museum Sriwijaya. Sebab, desain tata pameran saat ini dilakukan sejak 19 tahun lalu.

“Untuk itulah, kami mengundang pakar untuk menguatkan alur cerita, selanjutnya baru masuk tahap desain tata pameran Museum Sriwijaya,” kata Diah.

Lebih jauh kata Diah, penguatan alur cerita difokuskan pada kebesaran Kerajaan Sriwijaya yang menjangkau dunia.

Hal ini bisa dilihat dari peninggalan Prasasti Nalanda di India dan Prasasti Ligor di Thailand.

“Prasasti Nalanda ini memiliki arti penting bagi Bukit Seguntang, Kita akan coba membuat replikanya untuk menjadi bagian alur cerita Sriwijaya di museum ini. Untuk itulah sebelum didesain, kita mengundang para pakar untuk membahasnya sehingga cerita yang kita sajikan di Museum Sriwijaya  tidak salah” katanya.

Museum Sriwijaya saat ini menurutnya menyimpan 880 koleksi untuk memperkuat alur cerita Kerajaan Sriwijaya. Ratusan koleksi ini terdiri dari arca, prasasti, keramik, koleksi gerabah dan lain sebagainya.

Koordinator Prodi S1 Pendidikan Sejarah Unsri Dr Syarifuddin MPd merekomendasikan pengelola Museum Sriwijaya untuk me manfaatkan platform media digital secara intens. Tujuannya agar masyarakat bisa tetap memahami cerita sejarah tanpa harus datang kemuseum.

Dalam kesempatan yang sama, Pustakawan Ahli Madya  Dinas Perpustakaan Provinsi Sumsel Drs Ahmad Rapanie MSi menilai rekomendasi tersebut cukup baik untuk mentransisikan dari tradisionai ke virtual. Sebab, prinsip museum adalah memberikan sajian cerita sejarah agar masyarakat luas memahami.

“Sehingga seluruh media harus dimanfaatkan termasuk publikasi lewat media digital. Tentu saja ada catatannya, jangan sampai spesifikasi koleksi tertentu juga dipublikasikan lewat media digital sehingga masyarakat tidak mau lagi ke museum, semuanya sudah tersedia di media digital,” katanya.