Anak Kesayangan Meninggal Dunia Usai Alami Kekerasan di Ponpes, Wali Santri Minta Bantuan Hukum Hotman Paris

Soimah saat menyampaikan kronologi kematian anaknya saat menimba ilmu di Pondok Pesantren kepada Hotman Paris Hutapea/ist
Soimah saat menyampaikan kronologi kematian anaknya saat menimba ilmu di Pondok Pesantren kepada Hotman Paris Hutapea/ist

Seorang wali santri bernama Soimah mengadu kepada pengacara Hotman Paris Hutapea terkait persoalan kematian anaknya usai mengalami kekerasan di Pondok Modern Darussalam Gontor 1 Pusat Ponorogo, Jawa Timur.


Dalam kesempatan itu, Soimah menyampaikan kisah anaknya yang dikembalikan pihak pesantren dalam keadaan sudah dibungkus kain kafan.

“Saya selaku umi dari Albar Mahdi siswa kelas 5i Pondok Modern Darussalam Gontor 1 Pusat Ponorogo asal Palembang mohon keadilan kepada semua pihak, agar bisa membantu saya," ujar dia, Minggu (4/9/2022).

"Sungguh miris, tragis dan menyakitkan hati saya dan keluarga tidak ada kabar sakit atau apapun itu dari anak saya. Tiba-tiba dapat kabar dari pengasuh Gontor 1 telah meninggal dunia pada Senin (22/8/2022) siang. Padahal di surat keterangan yang saya terima, putra saya itu meninggal pada pukul 06.45. Ada apa?  Rentang waktu itu menjadi pertanyaan keluarga kami,” sambung Soimah. 

Karena mendengar berita itu, ia bersama suami kaget dan tidak bisa berpikir apa-apa. Ia berharap kedatangan anaknya ke Palembang meskipun hanya tinggal mayat.

“Akhirnya almarhum tiba di Palembang pada Selasa siang,  (23/8/2022) diantar oleh pihak Gontor 1 dipimpin ustad Agus. Di hadapan pelayat yang memenuhi rumah saya disampaikan kronologi bahwa anak saya terjatuh akibat kelelahan mengikuti Perkemahan Kamis Jumat (Perkajum),” katanya.

Apalagi , anaknya itu dipercaya sebagai Ketua Perkajum, mungkin alasan itu bisa Ia terima bila sesuai dengan kenyataan kondisi mayat anaknya.

"Tetapi karena banyak laporan-laporan dari wali santri lainnya, bahwa kronologi tidak demikian. Kami pihak keluarga meminta agar mayat dibuka. Sungguh sebagai ibu saya tidak kuat melihat kondisi mayat anak saya demikian begitu juga dengan keluarga,” katanya,

Amarah tak terbendung kenapa laporan yang disampaikan berbeda dengan kenyataan yang diterima. Sehingga merasa tidak tidak sesuai Ia akhirnya menghubungi pihak forensik dan pihak rumah sakit yang sudah siap melakukan otopsi. 

“Namun, setelah didesak pihak dari Gontor 1 yang mengantar jenazah, akhirnya mengakui bahwa anak saya meninggal akibat terjadi kekerasan. Saya pun tidak bisa membendung rasa penyesalan saya telah menitipkan anak saya di sebuah pondok pesantren yang nota bene nomor satu di Indonesia,” katanya.

“Keputusan saya untuk tidak melanjutkan ke ranah hukum pada saat itu didasari banyak pertimbangan. Karena itu kami membuat surat terbuka yang intinya ingin ketemu sama Kyai di Gontor 1, pelaku dan keluarganya untuk duduk satu meja ingin tahu kronologis hingga meninggalnya anak kami," beber dia. 

"Tapi sampai saya membuat tulisan ini, Rabu 31 Agustus 2022 belum ada kabar atau balasan dari surat terbuka tersebut padahal kami selaku keluarga korban. Saya tidak ingin perjuangan anak saya Albar Mahdi siswa Kelas 5i Gontor 1 Ponorogo sia-sia,” katanya. 

Menanggapi hal itu, Hotman Paris menyarankan Soimah membuat laporan BAP ke pihak berwajib di Jawa Timur dimana lokasi anaknya meninggal. “Nanti akan saya bantu, ajukan dulu laporannya,” kata Hotman.