Ambisi PLTP Lumut Balai, Terangi 110 Ribu Rumah Dari Panas Bumi

PLTP Lumut Balai I yang memiliki kapasitas 55 Megawatt. (eko prasetyo/rmolsumsel.id)
PLTP Lumut Balai I yang memiliki kapasitas 55 Megawatt. (eko prasetyo/rmolsumsel.id)

Energi panas bumi menjadi salah satu sumber energi bersih yang potensial dikembangkan di Sumsel. Saat ini, sudah ada dua perusahaan yang beroperasi mengembangkan energi ini. 


Keduanya berlokasi di Semendo, Muara Enim yakni PT Pertamina Geothermal Energy [PGE] Lumut Balai (Semendo Darat Laut) dan PT Supreme Energy Rantau Dedap (Semendo Darat Tengah). 

Berada di ketinggian 2.500 MDPL, Kantor Berita RMOL Sumsel berkesempatan melihat operasional Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Lumut Balai yang dioperasikan PGE. 

PGE saat ini mengoperasikan PLTP Lumut Balai Unit 1 dengan kapasitas 55 Megawatt sejak 2019. Sementara, PGE telah melaunching PLTP Lumut Balai Unit 2 yang sudah diluncurkan Desember tahun lalu dengan kapasitas yang sama. Sehingga, jika keduanya dioperasikan, maka kapasitas daya yang dihasilkan mencapai 110 Megawatt. 

"Proyeksinya setara dengan 110 ribu rumah," kata Aris Kurniawan, Manager Operasi PT PGE Lumut Balai saat menerima kunjungan peserta Jelajah Energi Sumsel 2024 di kantornya beberapa waktu lalu. 

Aris mengatakan, berdasarkan potensi yang teridentifikasi pada situs PGE, Wilayah Kerja Pengusahaan Panas Bumi (WKP) Lumut Balai dan Margabayur memiliki potensi panas bumi lebih dari 300 MWe. Dengan potensi ini, PGE melihat prospek yang cerah dalam pengembangan dan ekspansi PLTP ke depannya.

Dua pegawai tengah memonitor situasi di ruang kendali. (eko prasetyo/rmolsumsel.id)

PLTP Lumut Balai merupakan salah satu proyek fokus utama pengembangan PGE saat ini. Proyek ini diharapkan dapat menambah kapasitas terpasang panas bumi sebesar 55 MW, dengan target beroperasi pada akhir 2024. 

"Melalui strategi quick wins yang memanfaatkan teknologi binary, PGE berkomitmen untuk mengoptimalkan potensi panas bumi sebagai langkah konkret menuju Net Zero Emission 2060," ujar Aris.

Dijelaskan Aris, proyek Lumut Balai Unit 2 akan mengurangi emisi sebesar 581.784 tCO2eq/tahun melalui pengurangan Hydrogen sulfide (H2S) dan pencairan CO2. 

"Proyeksi ini juga berpotensi menghasilkan green hydrogen melalui elektrolisis air untuk green methanol. Ini sejalan dengan komitmen PGE dalam mendukung Indonesia mencapai target 23 persen dari national grid mix sumber energi terbarukan 2025," ungkapnya.

Kehadiran PLTP juga tak hanya berkontribusi positif bagi ketersediaan energi secara nasional. Perusahaan juga memberikan dampak sosial dan ekonomi positif bagi masyarakat sekitar. 

"Perekrutan tenaga kerja lokal dengan pengembangan ekonomi kreatif telah memberikan dampak terhadap masyarakat yang ada di sekitar area," bebernya.

Seorang pegawai tengah melakukan pengecekan kondisi pada mesin PLTP Lumut Balai Unit 1. (eko prasetyo/rmolsumsel.id)

 Sumsel sendiri memiliki potensi energi panas bumi sebesar 918 Megawatt dari total 24,54 Gigawatt yang ada di seluru Indonesia. 

Menurut Kepala Seksi Konservasi Energi Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Sumatera Selatan, Ira Rihatini, potensi energi panas bumi yang ada di Sumsel baru termanfaatkan sekitar 16 persen dari potensi yang ada. 

Total sumbangan dua PLTP yang beroperasi saat ini baru mencapai 141 Megawatt. "Kita berharap potensi ini bisa terus dimanfaatkan dan dikembangkan," kata Ira. 

Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) Lumut Balai, yang terletak di Sumatera Selatan, menjadi salah satu sumber energi terbarukan unggulan di Indonesia. 

"Dengan potensi lebih dari 300 MW, WKP ini telah mengoperasikan unit pertamanya sejak tahun 2019 dengan kapasitas 55 MW dan berencana menyelesaikan pembangunan unit selanjutnya pada Desember 2024," kata Faricha Hidayati, dari Proyek Dekarbonisasi Industri, Institute for Essential Services Reform (IESR). 

Faricha mengatakan, dengan pemanfaatan yang optimal, Indonesia berpotensi memiliki 23.7 GW energi bersih dan mencapai target emisi nol bersih pada tahun 2060 atau bahkan lebih cepat.

Kesadaran publik terhadap potensi besar ini masih terbatas, terutama ketika banyak yang masih bergantung pada energi fosil. Untuk meningkatkan kesadaran ini, Institut untuk Reformasi Layanan Esensial (IESR) bekerja sama dengan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sumatera Selatan mengadakan acara Jelajah Energi. 

Acara ini bertujuan untuk menyebarkan informasi tentang energi terbarukan dan mendukung transisi energi Indonesia ke arah yang lebih hijau dan berkelanjutan.

"Dengan informasi yang lebih luas dan pemahaman yang lebih dalam tentang energi terbarukan, diharapkan masyarakat Indonesia dapat menggunakan energi dengan lebih bijak dan turut serta dalam mengawal kebijakan pemerintah untuk masa depan yang lebih berkelanjutan," pungkas Faricha.