Akibat Tambang Pasir, Sungai di OKI Alami Kerusakan dan Sedementasi

Sungai yang alami sedementasi dan tercemar limbah/Foto:RMOL
Sungai yang alami sedementasi dan tercemar limbah/Foto:RMOL

Keberadaan tambang pasir di Kelurahan Jua-jua Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) membuat ekosistem sungai yang berada di sekitar mengalami kerusakan karena tercemar limbah.


Bahkan akibat aktivitas itu menyebabkan Sungai Komering dan Sungai Embacang mengalami sedimentasi atau pendangkalan. Dari pantauan RMOL Sumsel di lapangan Sungai Komering yang membelah Kota Kayuagung menjadi Hulu dan Hilir, kini terlihat kotor. 

Mul warga Kelurahan Jua Jua mengaku sungai tersebut tidak lagi sehat. Dia mengatakan aktivitas tambang pasir yang beroperasi setiap hari dianggap menjadi penyebabnya. 

"Hampir tiap hari tambang pasir beroperasi, otomatis lumpur menjadi naik ke atas dan lama-kelamaan sungai menjadi dangkal," ucap Mul, Jum'at (27/1).

Lebih lanjut dia menjelaskan, kedalaman Sungai Komering sekarang tidak lebih hanya 1,5 Meter. "Kalau tidak hujan, kedalaman sungai tidak lebih dari 1,5 meter atau batas dada orang dewasa," jelasnya. 

Selain Mul, warga lain bernama Dewi mengeluhkan keadaan Sungai Komering saat ini. "Kalau mandi terkadang air terasa lengket, mungkin karena banyaknya sampah di sungai ini," ucap Dewi. 

Hal yang sama diungkapkan Kepala Desa Embacang, Herman beberapa minggu lalu saat agenda Musrenbang di Kecamatan Mesuji Raya.

Ia mengatakan, dirinya mengajukan normalisasi sungai di desanyq karena kondisi Sungai Dabok hingga Sungai Embacang kini sudah tidak normal lagi. 

"Sudah 2 tahun pengajuan normalisasi sungai, namun belum terealisasi hingga saat ini," tegas Herman. 

Herman menjelaskan, saat ini aliran Sungai Embacang sendiri nyaris buntu. Hal itu disebabkan penyempitan aliran sungai dan kurangnya langkah perawatan sungai yang dilakukan pemerintah. 

Pencemaran sungai juga terjadi di Desa Embacang yang disebabkan limbah dari PT Sampoerna Agro. 

"Jika sungai dalam keadaan surut, air sungai nyaris tidak bisa digunakan. Kami juga pernah meminta bantuan kepada pihak PT. Sampoerna Agro, karena air sungai tidak bisa digunakan," tegas Herman.

Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Aris Panani mengatakan, banyak faktor penyebab pendangkalan selain keberadaan keramba, penambangan pasir dan rumah yang berada di bantaran sungai. 

Kesadaran masyarakat akan kebersihan sungai juga menjadi alasan penyebab pencemaran sungai. 

"Masih banyak warga sekitar yang masih membuang sampah dan limbah domestik ke sungai," terangnya.

Namu dia berpendapat sungai-sungai di Kabupaten OKI masih dalam keadaan baik. 

"Dari titik-titik pantau, sungai di Kabupaten OKI masih berada di bawah ambang baku mutu air sesuai dengan hasil uji labaratorium air permukaan kelas 2 (PP 22 th 2021)," pungkasnya.