679 Hektar Sawah dan 24.925 Ekor Ternak Terdampak Banjir di Muratara, Dua Kecamatan Masih Terendam

Banjir yang terjadi di Kabupaten Muratara merendam rumah dan fasilitas sekolah.(dok.Kadisdik Muratara)
Banjir yang terjadi di Kabupaten Muratara merendam rumah dan fasilitas sekolah.(dok.Kadisdik Muratara)

Perkembangan banjir di Kabupaten Muratara, Sumatera Selatan masih terjadi di dua wilayah Kecamatan yakni Karang Dapo dan Rawas Ilir. 


"Perkembangan banjir dua Kecamatan lagi yakni Rawas Ilir dan Karang Dapo," kata Koordinator Posko Banjir BPBD Kabupaten Muratara, Suhardiman kepada RMOL Sumsel, Selasa (16/1).

Menurutnya, banjir di Karang Dapo masih merendam sejumlah Desa. Adapun Desa yang mulai surut diantaranya Kertasari dan Rantau Kadam.

"Kalau Rawas Ilir masih agak dalam karena paling rendah disitu. Ulu Rawas sudah kering, Rawas Ulu sudah kering tapi mungkin masih ada spot-spot kecil namun tidak separah seperti sebelumnya," ujarnya. 

Suhardiman menambahkan, pihaknya saat ini tengah mengarah dan fokus ke wilayah Kecamatan Rawas Ilir. 

Berdasarkan data BPBD Muratara per 15 Januari 2024 sekitar pukul 20.00 WIB, banjir di Kabupaten Muratara telah menyebabkan 19.890 rumah terendam. Rinciannya, dua rumah hanyut, 8 rumah rusak berat, 229 rumah rusak dan 19.651 rumah terendam. 

Kemudian banjir juga merendam 45 sekolah, 7 jembatan putus, 1 Pasar Lawang Agung, merendam 679 hektar sawah, 14 hektar perkebunan dan 6 kolam ikan. Lalu ada pula 24.925 ekor hewan ternak yang terdampak banjir dengan rincian kerbau 2.358 ekor, sapi 506 ekor, kambing 2.569 ekor, domba 1.038 ekor, ayam 1.323 ekor, itik 3.131 ekor.

Selain itu banjir merendam infrastruktur pemerintah 59 unit. Dengan rincian 3 kantor Camat, 56 kantor Desa dan Kelurahan. 

Sementara itu Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Muratara, Zazili mengatakan hingga dengan saat ini para pelajar yang sekolahnya terdampak banjir masih diliburkan. Dan belajar dengan daring di rumah.

"Banyak yang terdampak akibat banjir dari PAUD sampai SMP, itu rata-rata rusak," terangnya.

Adapun aset yang tidak bisa terselamatkan, sambung Zazili yakni seperti buku dan bangku sekolah. Sedangkan untuk nilai kerugian, pihaknya mengaku masih dilakukan pendataan. 

"Jadi anak-anak belum sekolah. Sekarang masing-masing membersihkan sekolah. Karena gurunya terdampak, jadi lamban mereka gotong royong," pungkasnya.