4 Kabupaten di Sumsel Diprediksi Bakal Lawan Kotak Kosong, Pengamat Sebut Demokrasi Terancam

Empat Wilayah di Sumsel Lawan Kotak Kosong di Pilkada 2024, Pengamat Politik Unsri Ini Sebut Ancam Demokrasi. (Dudi Oskandar/RMOLSumsel.id)
Empat Wilayah di Sumsel Lawan Kotak Kosong di Pilkada 2024, Pengamat Politik Unsri Ini Sebut Ancam Demokrasi. (Dudi Oskandar/RMOLSumsel.id)

Empat wilayah di Sumatera Selatan (Sumsel) diprediksi akan melawan kotak kosong pada Pilkada 2024 mendatang. Keempat wilayah tersebut meliputi Kabupaten Ogan Ilir (OI), Empat Lawang, Musi Banyuasin (Muba), dan Musi Rawas (Mura).


Peta dukungan partai politik di keempat wilayah ini tampaknya semakin mengerucut kepada satu pasangan calon. Kandidat lainnya mengalami kesulitan dalam bersaing karena kekurangan dukungan dari partai politik, sehingga mereka terhambat dalam memenuhi syarat pendaftaran di Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Pengamat politik dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Universitas Sriwijaya (Unsri)  Prof Dr Zulfikri Suleman MA menilai kotak kosong artinya tidak ada lawan.

“Katanya pilkada itu kompetisi, trus berkompetisi dengan siapa? jadi itu sesuatu (kotak kosong) yang mengancam demokrasi, sangat disayangkan kalau  sampai terjadi pilkada satu calon melawan kotak kosong ,” katanya usai melakukan orasi ilmiah bertema Demokrasi Hatta dan Relevansi pada Pilkada Serentak. Acara ini diadakan di Musi Cafe Hotel Swarna Dwipa, Sabtu (10 /8) sore.

Acara ini diadakan sekaligus pelepasan Prof Dr Zulfikri Suleman MA yang telah memasuki masa pensiun sebagai dosen Fisip Unsri Jurusan Ilmu Komunikasi di usianya 65 tahun.

Beberapa narasumber  lain yang dihadirkan antara lain, tokoh politik Dr Fadli Zon. M.Sc., dosen UI, akademisi Prof Dr Meutia Farida Hatta Rajasa., Dosen International Islamic University Malaysia, Prof Dr Erry Yulian T Adesta., Direktur Fordes Sumsel Bagindo Togar., dosen Fisip Universitas Andalas, Prof Dr H Asrinaldi dan moderator merupakan akademisi Saftri Elfandari. M.IKom.

Menurutnya jika ini tidak diredam dan hanya mengandalkan satu pasangan calon maka akan menimbulkan kontra produktif bagi peningkatan demokrasi.

“Jadi masalahnya bukan penyelenggara pemilu tapi di partai politik , tapi bisa juga di bakal calonnya misalnya supaya aman, minta dukungan ke sebanyak mungkin partai politik , nah kalau ada bakal calon yang merasa bangga tidak ada lawan atau kotak kosong  ini sesuatu yang memprihatinkan kita,"ujarnya.

Iia sepakat kedepan pemilu dan Pilkada di Indonesia harus dilakukan evaluasi sehingga tidak ada lagi calon tunggal untuk memimpin satu daerah.

“Namanya kotak kosong , namanya pemilu atau pilkada  harus ada lawan, kalau tidak ada lawan  bukan namanya kompetisi itu,”tegasnya.