Harga batubara acuan (HBA) yang mengalami kenaikan sejak akhir tahun lalu membuat perusahaan tambang meningkatkan produksinya. Seperti yang dilakukan PT Bukit Asam Tbk (PTBA).
- Lima Terdakwa Dugaan Korupsi Akuisisi PT SBS Saling Bersaksi, Kuasa Hukum: Counter Balik Dakwaan
- Investasi Minerba Diprediksi Turun pada 2024
- Massa Gempita Tuntut Gubernur Tindak Tegas Perusahaan Tambang di Muratara dan Muba
Baca Juga
Perusahaan plat merah ini memproduksi sebanyak 30,04 juta ton batubara sepanjang 2021 lalu. Jumlah produksi itu mengalami peningkatan sekitar 21 persen ketimbang tahun sebelumnya yang mencapai 25,42 juta ton.
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PTBA Farida Thamrin mengatakan, peningkatan produksi tersebut merupakan bentuk komitmen perusahaan terhadap investor. “Kami sudah sampaikan kalau produksi batubara bisa mencapai 30 juta ton dan itu tercapai,” kata Farida dalam keterangan resminya, Rabu (16/3).
Meski meningkatkan produksinya, PTBA juga menjaga aspek stripping ratio atau perbandingan antara volume masa batuan yang dibongkar (lapisan tanah tertutup) dengan batu bara yang diambil. “Aspek stripping ratio masih terbulang rendah di angka 4,7 kali,” terangnya.
Naiknya produksi batu bara perusahaan berbanding lurus dengan penjualan yang meningkat sebesar 28,37 juta ton. Menurut Farida, kenaikan penjualan didorong oleh peningkatan harga jual rata-rata batu bara (average selling price).
“Kita lihat harga rata-rata jual batu bara kita itu naik menjadi Rp1 juta per ton. Ini kita lihat sangat tinggi kenaikannya, apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya Rp654.000 per ton,” ungkapnya.
Seperti diketahui, PTBA yang merupakan anggota holding BUMN Pertambangan, MIND ID ini mencetak sejarah dengan membukukan laba bersih sebesar Rp7,91 triliun. Angka ini meroket 231 persen dari laba tahun 2020 sebesar Rp2,39 triliun.
“Penjualan dan produksi yang baik ini juga dikombinasikan sehingga menghasilkan angka profitabilitas yang sangat bagus. Profitabilitas ini terjadi bukan hanya di sisi berbagai hal yang mendukung tetapi juga karena adanya efisiensi cost dari perusahaan," pungkasnya.
- Lima Terdakwa Dugaan Korupsi Akuisisi PT SBS Saling Bersaksi, Kuasa Hukum: Counter Balik Dakwaan
- Investasi Minerba Diprediksi Turun pada 2024
- PT Bukit Asam Divonis Perkara Kerusakan Lingkungan