Seorang peretas mencuri database Twitter berisi 200 juta alamat email pengguna, dan mengunggahnya di forum pereteasan online, kata seorang peneliti keamanan kepada Reuters.
- Gaza Digempur Israel Saat Idulfitri, 80 Orang Tewas
- Harga Gundam Fix Platinum Capai Miliar Rupiah
- UEA Kirim Bantuan Militer Untuk Chad
Baca Juga
Hal ini mulai ramai dibicarakan publik setelah sebuah tangkapan layar forum peretas, menunjukkan data tersebut yang beredar secara online pada Rabu (4/1)
"Sayangnya ini akan menyebabkan banyak peretasan, phishing dan doxxing yang (akan) ditargetkan," ujar salah satu pendiri perusahaan pemantauan keamanan siber Israel Hudson Rock, Alon Gal sambil menambahkan kebocoran ini adalah salah satu yang paling signifikan yang ia alami.
Menurut laporan dari Bloomberg yang dimuat One India pada Jumat (6/1), peretas tersebut mencoba untuk menargetkan data miliki politisi, jurnalis, dan juga para bankir.
Beberapa ahli di Twitter mengatakan bahwa peretasan itu terjadi karena cacatnya perangkat lunak Twitter.
Sejauh ini belum ada tanggapan langsung dari Twitter mengenai pelanggaran tersebut. Namun pelanggaran serius di Twitter ini mungkin menarik bagi regulator di kedua sisi Atlantik.
Komisi Perlindungan Data di Irlandia, tempat Twitter berkantor pusat di Eropa, dan Komisi Perdagangan Federal AS yang sering memantau kepatuhan perusahaan milik Musk, untuk memberikan sanksi kepada Twitter.
Sampai sekarang tidak ada petunjuk tentang identitas atau lokasi peretas yang melakukan pelanggaran data tersebut. Tetapi laporan Reuters memprediksi bahwa pelanggaran itu kemungkinan terjadi pada tahun 2021, sebelum Elon Musk mengambil alih kepemilikan perusahaan.
- Berkah Pembuat Dawet di Pagar Alam, Sehari Kantongi Rp 700 Ribu
- Mantan PM Malaysia Mahathir Mohamad Diijinkan Pulang dari Rumah Sakit
- Telegram Diserbu 70 Juta Pengguna Baru Pasca Facebook Down