Tujuh Orang Meninggal Dalam Bentrokan Militer Filipina dan Pemberontak MILF

Ilustrasi militer Filipina/net
Ilustrasi militer Filipina/net

Bentrokan antara tentara nasional Filipina dan Front Pembebasan Islam Moro (MILF) dilaporkan kembali pecah pada Selasa (8/10) hingga memakan tujuh korban jiwa.


"Sedikitnya tiga tentara dan empat pemberontak tewas, menurut angka terpisah yang diberikan oleh militer dan MILF. Empat belas tentara dan tiga pemberontak terluka," ujar Brigadir Jenderal Filipina, Domingo Gobway, seperti dimuat The Defense Post pada Kamis (10/11).

Gobway mengatakan pertempuran yang terjadi di provinsi pulau Basilan, lepas pulau utama selatan Mindanao itu kembali meletus diduga karena adanya miskomunikasi.

"Bentrokan meletus setelah tentara dan pejabat lokal pergi untuk menghadapi sekelompok anggota bersenjata MILF yang melanggar perjanjian damai karena terlihat memasuki desa Ulitan yang dilarang," ujarnya.

Lebih lanjut, Gobway menyebut jika seorang pemberontak MILF kemudian menembak tentara, dan akhirnya memicu aksi saling serang yang serius.

"Sempat terhenti, namun pertempuran itu kembali berlanjut hingga Kamis (10/11)," jelasnya.

Menurut analis senior  pemantau perdamaian International Crisis Group yang berbasis di Brussels, Georgi Engelbrecht, bentrokan antara militer dan MILF sebenarnya jarang terjadi sejak penandatanganan perjanjian damai tahun 2014.

Insiden paling mematikan, dikatakan Georgi terjadi pada tahun 2015, ketika 44 pasukan komando polisi dibunuh oleh pemberontak Muslim, termasuk MILF, dalam serangan anti-teror di kota selatan Mamasapano.

Ketua perunding damai MILF, Mohagher Iqbal mengatakan bentrokan baru yang terjadi sangat disayangkan dan meminta agar dihentikan segera guna mencegah situasi memburuk.

Selama beberapa dekade Filipina yang mayoritas penduduknya beragama Katolik memperoleh perlawanan dari gerakan separatis muslim, MILF di wilayah selatan yang menewaskan lebih dari 100 ribu orang.

Kesepakatan damai dengan MILF telah ditandatangani pada 2014. Para pemimpinnya sekarang memimpin daerah dengan pemerintahan sendiri di bekas medan perang yang mencakup Basilan.