Tambah Pendapatan, Petani Kopi Pagaralam Kembangkan Konsep Agroforestri

Wali Kota Pagaralam, Alpian Maskoni saat menyampaikan kata sambutan. (ist /rmolsumsel.id)
Wali Kota Pagaralam, Alpian Maskoni saat menyampaikan kata sambutan. (ist /rmolsumsel.id)

Kota Pagaralam identik dengan perkebunan kopinya. Luas perkebunan kopi di wilayah ini mencapai 8.327 hektar. Ada sekitar 11 ribu rumah tangga yang bergantung dengan hasil panen komoditas ini.


Hanya saja, dalam mempertahankan ekonomi rumah tangganya, petani kopi Pagaralam memiliki kerentanan. Sebab, sebagian besar petani hanya mengandalkan satu produk saja untuk memenughi kebutuhannya. Mengatasi permasalahan tersebut, sejumlah petani di kota tersebut mengembangkan konsep agroforestri kopi.

Agroforestri kopi adalah perpaduan antara tanaman kopi dengan tanaman penaung, tanaman sela dan komoditas lainnya. Tanaman penaung juga berfungsi untuk menjaga kelembapan sinar matahari yang masuk ke kebun kopi. Sehingga tanaman kopi dapat tumbuh dan berbuah secara optimal. Selain itu masyarakat dapat menerima penghasilan tambahan dengan mengolah buah kopi tanpa harus menebang pohonnya,

Wali Kota Pagaralam, Alpian Maskoni mengatakan, konsep tersebut merupakan solusi bagi petani kopi Pagaralam yang selama ini hanya mengandalkan pendapatan dari kopi. “Jadi tidak hanya dari kopi saja. Tapi juga ada hasil dari buah-buahan maupun jenis tanaman penaung lainnya,” kata Alpian saat menyampaikan sambutannya di acara Lokakarya dan Temu Usaha Agroforestri Kopi dan Tanaman Buah-buahan di Pagaralam, Kamis (16/12).

Melalui kegiatan Empower (agroforestry kopi) yang dilakukan oleh World Agroforestry (ICRAF) bersama Sucden Coffee dengan dukungan dari JDE, IDH dan Pemerintah Kota Pagar Alam, juga berkolaborasi dengan BPSB-TPH Provinsi Sumatera Selatan dan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, akses petani terhadap bibit unggul tanaman kopi dan buah-buahan ditingkatkan, dan juga teknik pengelolaan kebun agroforestri diperkenalkan.

“Beberapa petani yang juga terlibat dalam proyek Empower sudah secara mandiri mengembangkan produk-produk kemasan kopi petik merah yang dipasarkan secara online. Pelatihan pemasaran online juga harapannya dapat memberikan manfaat keberlanjutan bagi petani kopi Pagar Alam,” bebernya.

Sementara itu, Koordinator lapangan proyek Empower yang juga peneliti Agroforestry Extension Specialist di ICRAF Indonesia, Endri Martini mengatakan, sejak 2018, Empower melihat potensi pengembangan agroforestri kopi dengan tanaman buah-buahan melalui kerjasama yang baik dengan Balai Pengawasan dan Sertifikasi Bibit Tanaman Pangan dan Hortikultura.

Guna meningkatkan akses ke bibit unggul tanaman buah-buahan melalui pembangunan 6 kebun induk tanaman buah-buahan dan pemberian sertifikat kompetensi pembibitan terhadap 10 pembibitan tanaman buah-buahan unggul di Pagaralam. “Kebun entres kopi juga dikembangkan dengan menggunakan bibit yang dibeli dari Puslitkoka di Jember,” tandasnya.