Tak Hanya Faktor Alam, Harnojoyo Sebut Banjir Palembang Juga Disebabkan Ulah Manusia

Wali Kota Palembang Harnojoyo saat memeriksa kesiapan petugas pada Apel Siaga Bencana Banjir, Selasa (28/12). (Bakohumas Palembang/rmolsumsel.id)
Wali Kota Palembang Harnojoyo saat memeriksa kesiapan petugas pada Apel Siaga Bencana Banjir, Selasa (28/12). (Bakohumas Palembang/rmolsumsel.id)

Banjir besar yang terjadi di Palembang pada 25 Desember 2021 tidak hanya disebabkan faktor alam, namun juga akibat ulah manusia.


Hal itu disampaikan Wali Kota Palembang, Harnojoyo pada Apel Siaga Bencana Banjir di halaman kantor Dinas PUPR Kota Palembang, Selasa (28/12). Apel gabungan ini diikuti unsur TNI, Polri, Dishub, Dinas PUPR, Dinas Kebersihan, BBWS Sumatera VIII, Tagana, DPBPK, LSM dan institusi terkait lainnya.

“Genangan air maupun banjir juga akibat faktor manusia yang aktivitasnya berdampak pada menyempitnya lebar sungai, jaringan drainase, utilitas kota. Termasuk mendirikan bangunan liar, alih fungsi rawa yang tidak memperhatikan aspek lingkungan, termasuk juga  membuang sampah sembarangan,” ujar Harnojoyo.

Berdasarkan data BMKG, curah hujan di Palembang yang terjadi pada Sabtu (25/12) memang paling ekstrem dalam 31 tahun terakhir. Saat itu, curah hujan sebesar 159,7 milimeter. Potensi hujan lebat diserta angin kencang masih akan berlangsung hingga awal Januari 2022.

Untuk itu, Harnojoyo mengajak semua elemen masyarakat meningkatkan partisipasi dan kesiapsiagaan dalam menghadapi cuaca ekstrem.

Harnojoyo menyampaikan, Palembang secara topofgrafi adalah wilayah yang memang rentan terjadi genangan air maupun banjir. Ini karena kondisi kota yang dilalui beberapa aliran dari anak Sungai Musi. Hal ini diperparah dengan curah hujan yang tinggi.

“Wilayah kita ini 49 persen kondisi normal kering, tidak tergenang air, 36 persen selalu tergenang air, dan 15 persen kadang tergenang kadang tidak. Ini kondisi normal. Kejadian kemarin, Sabtu (25/12), kondisi tidak normal karena curah hujan yang tinggi dan pengaruh pasang di sungai menjadi penyebab titik genangan meluas,” kata Harnojoyo.

Menurut Harnojoyo, dari pantauan yang dilakukan saat banjir ekstrem Sabtu (25/12) lalu, ada beberapa titik yang genangan airnya mencapai lebih dari 1,5 meter. Bahkan, ada pula beberapa titik yang sebelumnya tidak pernah banjir menjadi banjir.

Diakui Harnojoyo, upaya penanganan banjir pada Sabtu lalu terkendala dengan tidak maksimalnya pompanisasi Sungai Bendung. Sebab dari enam pompa, hanya dua yang berfungsi maksimal.

Diterangkannya, satu pompa berkapasitas 6.000 liter per detik. Total enam pompa berkapasitas 36.000 liter per detik, untuk mengcover Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Bendung seluas 2.400 hektare.

“Artinya, jika hujan di wilayah Sungai Bendung yang seluas 2.400 hektare itu mampu mengurangi genangan air. Tapi pompanya tidak berfungsi maksimal. Saat hujan deras, dua pompa dihidupkan. Ketika saya datang, saya minta dihidupkan satu lagi pompa, masih normal. Ketika dihidupkan satu lagi, jadi empat pompa, tidak ada air yang disedot. Walaupun di kawasan Hulu masih tergenang. Ini karena kemampuan pompa tidak sesuai dengan air yang masuk ke dalam kolam retensi. Sehingga, sistem pompanisasi ini perlu direkonstruksi ulang,” terang Harnojoyo.

Harnojoyo mengimbau semua pihak lebih sigap dalam pengawasan titik rawan banjir, serta mengoptimalkan sarana dan prasarana yang berfungsi untuk meminimalisir banjir.

“Saya mengimbau untuk rutin meningkatkan fungsi saluran air, terutama gorong-gorong, berkoordinasi dengan dinas terkait sehingga berfungsi maksimal,” kata Harnojoyo.

Ia melanjutkan, Pemkot Palembang juga akan menyosialisasikan ke masyarakat pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, membuang sampah pada tempatnya, dan mengajak gotong royong rutin setiap Minggu. Selain itu Pemkot akan menertibkan bangunan-bangunan liar yang mengganggu fungsi infrastruktur air.