Suka Duka Penggali Makam Covid-19 di Palembang

Potret keseharian Irawan, salah seorang penggali makam di TPU Gandus HIlls, Palembang . Pemkot Palembang menjadikan lokasi ini sebagai lokasi khusus pemakaman pasien Covid-19. Foto-Foto : M Hatta/rmolsumsel.id
Potret keseharian Irawan, salah seorang penggali makam di TPU Gandus HIlls, Palembang . Pemkot Palembang menjadikan lokasi ini sebagai lokasi khusus pemakaman pasien Covid-19. Foto-Foto : M Hatta/rmolsumsel.id

Sejak April 2020 TPU Gandus Hills Palembang resmi menjadi tempat pemakaman khusus pasien Covid-19. Irawan merupakan satu dari lima orang yang bertugas sebagai penggali makam di lokasi tersebut.


Sebagai penggali makam di pemakaman khusus pasien Covid-19 milik Pemkot Palembang, Irawan dan rekannya harus bersiaga. Tak jarang mereka mendapat pesanan gali yang diluar jam normal, hingga malam hari.

Oleh sebab itu, mereka memberlakukan sistem shift agar kondisi tubuh tetap terjaga. Mereka juga mempersiapkan tenaga tambahan, seperti Irawan yang mengajak anaknya yang sedang punya waktu senggang ikut serta.

"Untuk satu liang makam, kami diupah Rp750 ribu, tapi itu dibagi lima. Terkadang lagi banyak seperti beberapa bulan lalu, kami sampai malam hari menggali. Dalam sehari, 10 sampai 15 jenazah,"ujarnya. Pesanan liang makam itu, lanjut Irawan langsung didapat dari rumah sakit. Tak jarang juga dari keluarga pasien.

Irawan menyadari resiko pekerjaan yang dimilikinya. Berbeda dari penggali makam biasanya, resiko terpapar Covid-19 baginya tentu cukup tinggi. Belum lagi, Irawan juga harus siap berhadapan dengan keluarga dari jenazah yang kurang bersahabat.

Oleh sebab itu, setiap harinya mereka disiapkan cairan desinfektan empat set alat pelindung diri (APD) oleh seksi Pemakaman Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Kota Palembang (Pera KP).

Diungkapkan Irawan, saat ini kerjanya tidak seberat dulu. Dalam satu hari kini hanya  tiga sampai empat jenazah yang datang, alias dimakamkan. Total menurutnya, sudah ada 495 jenazah yang dimakamkan di TPU ini.

“Kalau resiko (pekerjaan) dimanapun pasti ada, tapi kami disini mencari rejeki untuk keluarga. Jadi kalau bertemu keluarga pasien yang tidak bersahabat, kami hanya bisa sabar. Kami pun tidak tahu kapan ini berakhir, yang jelas kami berdoa biar cepat berlalu,"ujarnya.