Penemuan subvarian baru Omicron Covid-19 yang dikenal sebagai XBB telah meningkatkan kekhawatiran di tengah situasi pandemi yang sudah mereda. Terlebih subvarian ini diyakini menjadi penyebab lonjakan kasus Covid-19 di 24 negara.
- Thailand Bakal Legalkan Ganja, Ini Alasannya
- Hari Ini Indonesia Mendapat Tambahan 3,4 Juta Dosis Vaksin Pfizer
- Pentingnya Waspada terhadap Serangan Jantung saat Bermain Sepakbola
Baca Juga
Subvarian XBB juga telah ditemukan di Indonesia, terdeteksi pada seorang perempuan 29 tahun yang baru kembali dari Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Menurut Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, subvarian XBB telah menyebabkan lonjakan infeksi di Singapura, bahkan hingga 6.000 kasus per hari.
Kendati begitu, Budi mengimbau masyarakat untuk tidak khawatir lantaran Indonesia memiliki sistem penanganan Covid-19 yang sudah teruji. Terbukti dari masih landainya kasus Covid-19 pada Juli hingga Agustus 2022 meski varian baru sudah masuk.
"Kita beruntung karena vaksinasi kita sangat baik, sehingga imunitas kita sudah baik. Dan juga protokol kesehatan kita relatif baik, masyarakat kita masih pakai masker," ujarnya.
Lantas, seberapa berbahaya subvarian XBB?
Dijelaskan oleh jurubicara Covid-19 Kementerian Kesehatan, dr. M. Syahril, XBB cepat menular, tetapi fasilitasnya tidak lebih parah dari Omicron.
Meski demikian, Indonesia tetap perlu waspada lantaran berbagai mutasi varian baru masih berpotensi terus terjadi.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mencatat subvarian XBB memiliki gejala meliputi demam atau kedinginan, batuk, sesak napas, kesulitan bernapas atau kelelahan.
Pasien juga dapat merasakan nyeri otot, sakit kepala, hilangnya rasa atau bau, sakit tenggorokan, hidung tersumbat atau pilek, mual, hingga diare.
- Ahok Berdukacita atas Kepergian Saefullah
- Covid-19 di Palembang Tercatat 1.109 Kasus
- Jaga Jantung Selalu Sehat, Ini yang Dilakukan Klub Sehati Muba