Kalau benar ini terjadi, tentu sangat menyulitkan. Baru sebulan saja social distancing diterapkan, masyarakat di berbagai penjuru dunia sudah kesulitan. Bagaimana jika diberlakukan hingga 2022?
- UT Palembang Dukung Penuh Program Gubernur, Libatkan Mahasiswa Dalam GSMP
- Dosen ITB Kembangkan Panel Anti Peluru Berbahan Serat Rami
- Mahasiswa Modnus Unsri Napak Tilas Peradaban di Sungai Musi
Baca Juga
Ya. Tim peneliti dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Harvard mengungkap hasi penelitian. Mereka menyebut, virus corona masih akan jadi ancaman serius bagi masyakarat selama beberapa tahun ke depan. Karena itu, pembatasan sosial alias social distancing kemungkinan perlu dilakukan hingga 2022.
Tim yang dipimpin oleh Stephen Kissler tersebut menggunakan estimasi musiman, imunitas, dan imunitas lintas untuk dua betacoronavirus dari data deret waktu di Amerika Serikat, guna menginformasikan model penularan COVID-19.
Mereka memperingatkan bahwa sangat besar kemungkinan wabah virus corona akan kembali muncul setelah gelombang pertama pandemi berakhir.
"Tanpa adanya vaksin, praktik jaga jarak sosial yang lama atau berjeda mungkin perlu dilakukan hingga 2022 mendatang," tulis tim peneliti tersebut di majalah Science seperti dilansir JPNN.Com, Rabu (15/4/2020).
Menurut penelitan tim itu, social distancing berfungsi untuk memastikan jumlah kasus tidak melampaui kapasitas perawatan krisis suatu wilayah. Karena itu, tolak ukur kesuksesan social distancing adalah apakah kapasitas perawatan kritis telah terlampaui atau tidak.
"Intervensi tambahan, termasuk kapasitas perawatan kritis yang diperluas dan terapi yang efektif, akan meningkatkan kesuksesan praktik jaga jarak dan meningkatkan pencapaian herd immunity," tulis tim tersebut.[ida]
- UISU Terima Mahasiswa Jalur Beasiswa Kartu Indonesia Pintar
- 128 Penulis Jurnal Pariwisata dari 11 Negara Hadiri The 14th Asian Tourism Forum (ATF) 2024 di Poltekpar Palembang
- Menteri Agama Resmikan PMB PTKIN 2025, Ajak Mahasiswa Ubah Dunia Mulai dari Diri Sendiri