Mahasiswa Modnus Unsri Napak Tilas Peradaban di Sungai Musi

Menyelusuri Peradaban Sungai Musi dilakukan oleh mahasiswa dan mahasiswi Modul Nusantara (Modnus) Universitas Sriwijaya /ist
Menyelusuri Peradaban Sungai Musi dilakukan oleh mahasiswa dan mahasiswi Modul Nusantara (Modnus) Universitas Sriwijaya /ist

Mahasiswa dari Modul Nusantara (Modnus) Universitas Sriwijaya (Unsri) bersama peserta dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia menjelajahi peradaban-peradaban kuno yang berada di sepanjang Sungai Musi. 


Kegiatan ini dilakukan sebagai bagian dari program pertukaran mahasiswa dan dipandu oleh Dr Dedi Irwanto, M.A. Para mahasiswa menjelajahi peradaban tua sepanjang Sungai Musi, dimulai dari Rumah Tjik Mas di Kampung Khas Palembang, Klenteng Ho Tjing Bio di Pulau Kemaro, hingga Rumah Saudagar Hong Boe Tjit di Kampung 4 Ulu. 

Mereka menggunakan perahu tongkang yang disediakan oleh Tour Jelajah Musi, yang dimiliki oleh YouTuber Palembang, Mang Dayat. Kholid Zaim dari Palembang Good Guide menjadi narasumber dalam perjalanan ini.

Para mahasiswa Modnus Unsri ini dipimpin oleh ketua kelompok, M. Ali Sodiq dari Jurusan Teknik Informatika STMIK Widya Pratama Pekalongan. Mereka tidak hanya menikmati wisata sungai, tetapi juga belajar tentang kehidupan etnis minoritas di sepanjang Sungai Musi.

Selama kunjungan mereka ke Pulau Kemaro, mereka berdiskusi dengan Kholid Zaim tentang sejarah dan tradisi lisan pulau ini yang penting bagi Kota Palembang. Para mahasiswa juga mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang hubungan antara Palembang dan Tiongkok melalui legenda lokal tentang Tan Bun An dan Siti Fatimah.

Salah satu peserta dari Universitas Udayana Bali, Ni Putu Dinda Mutiara Berliana Saridewi mengungkapkan kesan positifnya. 

"Saya baru pertama kali naik tongkat dan ke Pulau Kemaro. Setelah mendengarkan penjelasan narasumber, saya baru mengerti betapa berharga dan kaya tradisi, budaya, dan sejarah pulau ini. Namun, saya rasa potensi wisata pulau ini belum dimaksimalkan," katanya.

Dia berpendapat bahwa Pulau Kemaro seharusnya sepopuler Tanah Lot di Bali, tetapi masih belum dikenal luas. Dia berharap Dinas Kebudayaan Palembang dapat bekerja sama dengan komunitas budaya untuk menghidupkan atraksi budaya di pulau ini.

“Sehingga tiap hari ada  kegiatan seni  dilakukan di sini. Sehingga orang akan serta merta berkunjung ke Pulau Kemaro”, saran Mi Putu Dinda ketika melihat Pulau Kemaro.

Kunjungan ke Pulau Kemaro dilanjutkan dengan menyusuri Kampung Aer di Pulau Kemaro, yang merupakan kampung wisata yang dihuni oleh sekitar 100 keluarga. Mereka menyarankan agar tempat ini juga memiliki restoran khas Palembang, sehingga pengunjung dapat menikmati makanan sambil menikmati pemandangan kapal yang melintas di Sungai Musi.

“Secara teknis Kampung Aer Kemaro ini landscape agak sama dengan Kampoeng Air Juwana di Pati. Beberapa fasilitasnya sudah oke ada hidroponik dan budidaya lele. Di sini pengunjung diajak merasakan nuansa khas Palembang. Di mana manusia beradaptasi dengan lingkungan budaya sungai khas Plembang di zaman lama," kata Dinka Ardantya Widayanti mahasiswi Psikologi peserta Modnus Unsri dari Universitas Muria Kudus.

Perjalanan mereka diakhiri dengan kunjungan ke rumah Saudagar Ong Boen Tjit. Di sana, mereka berdiskusi tentang harmonisasi antara kelompok minoritas dan mayoritas di Palembang dan menikmati kopi khas di beranda rumah tersebut. Beberapa di antara mereka juga bermain permainan tradisional Palembang di halaman rumah Baba Ong.

Para mahasiswa kembali ke Kampus Unsri Indralaya dengan pengalaman berharga dan pengetahuan tentang peradaban sepanjang Sungai Musi.