Sriwijaya FC Bukan Lagi Milik Masyarakat Sumsel? [Bagian Pertama]

Momen Sriwijaya FC saat angkat tropy di turnamen pra musim tahun 2018 lalu/ist
Momen Sriwijaya FC saat angkat tropy di turnamen pra musim tahun 2018 lalu/ist

Peralihan manajemen klub sepak bola dari amatir menjadi profesional harus disadari oleh seluruh komponen sepak bola Indonesia jika tujuannya untuk meningkatkan prestasi dan mengembangkan industri. 


Profesionalisme dalam manajemen klub tidak hanya melibatkan model pendanaan tetapi juga perilaku pemain, pelatih, dan pengurus klub. Kerja sama antara pemerintah, PSSI, swasta, dan klub anggota sangat penting untuk mempersiapkan transisi ini, dan perubahan diperlukan dalam sumber pendanaan, personel manajemen, dan organisasi klub.

Sriwijaya FC merupakan salah satu tim sepak bola paling sukses di Indonesia. Berdiri sejak 2004, Sriwijaya FC telah memenangkan berbagai gelar nasional dan regional. 

Sumsel merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki komunitas sepak bola yang sangat aktif dan setia. Tim sepak bola lokal, termasuk Sriwijaya FC, memainkan peran penting dalam membentuk identitas budaya dan mempererat tali silaturahmi masyarakat. 

Sriwijaya FC, sejak kemunculannya menjadi salah satu klub yang sangat dicintai dan didukung oleh masyarakat sehingga menjadikannya sebagai simbol prestasi dan kebanggaan lokal. 

Prestasi mencolok yang dimiliki oleh Sriwijaya FC ini nyatanya juga memainkan peran penting dalam komunitas dan politik di Sumsel, lokal maupun secara nasional. 

Dalam beberapa kasus, politisi dan tokoh politik memiliki hubungan dengan klub sepak bola ini, baik sebagai pemilik, investor, ataupun sponsor. Sebab sudah jadi rahasia umum apabila sepak bola juga digunakan sebagai alat untuk mempromosikan agenda politik atau memperoleh dukungan politik.

Namun, penting untuk diingat bahwa sepak bola harus terbebas dari pengaruh politik dan klub sepak bola harus berfokus pada prestasi dan sukses sepak bola.

Sebab, intervensi politik dapat mempengaruhi kinerja klub dan menciptakan masalah, seperti konflik dan pengambilalihan, yang merugikan klub dan sepak bola secara keseluruhan.

Sekilas Sejarah dan Prestasi Sriwijaya FC

Setelah suksesnya pelaksanaan PON XVI Sumsel 2004, di Kota Palembang berdiri Komplek Olahraga Jakabaring yang didalamnya terdapat Stadion Gelora Sriwijaya. Salah satu stadion sepakbola yang megah dan berstandar internasional. 

Namun sayangnya, di masa itu belum ada klub sepakbola yang bisa menggunakan stadion itu sebagai home base. Palembang sebetulnya punya klub PS Palembang, hanya saja prestasinya meredup di masa itu, pun tak mengakomodir Sumsel secara keseluruhan. 

Untuk menjawab hal tersebut, Ketua Umum PS. Palembang, Bapak H. Bakti Setiawan yang juga adalah Direktur Utama PT. Semen Baturaja, pada tanggal 15 Oktober 2004 bersama Bapak Bambang Supeno dan Faisal Mursyid, menyusun proposal rencana take over Klub Divisi Utama PSSI Persijatim FC. 

Proposal diajukan kepada Gubernur Sumsel Syahrial Oesman, yang menyambut baik dan setelah melalui beberapa kali perundingan dan rapat-rapat, pada tanggal 23 Oktober 2004 ditandatangani lah perjanjian Take Over Klub Divisi Utama PSSI Persijatim Solo FC, disepakati klub tersebut dinamakan Sriwijaya FC.

Sriwijaya FC kemudian dinyatakan berdiri pada tanggal 23 Oktober 2004, pada saat ditandatangani perjanjian kerjasama antara Pemprov Sumsel dengan Perserikatan Sepakbola Jakarta Timur, yang diwakili Bapak Muhammad Zein, SH, MA. Penandatanganan Perjanjian Kerjasama dilakukan di Jakarta.

Gagasan adanya klub Divisi Utama di Sumsel akhirnya terwujud dan Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring Palembang, mulai terkenal, dengan adanya Kompetisi Divisi Utama PSSI Tahun 2005, yang diikuti salah satu tim dari Sumsel , yaitu Sriwijaya FC.

Untuk menangani Tim Sriwijaya FC dibentuk Tim Formatur untuk pembentukan pengurus, sebanyak 7 (tujuh) orang, antara lain : Drs. H. Sofyan Rebuin, Drs. H. Abdul Shobur, SH, MM., Ir. H. Bakti Setiawan, Drs. H. Johan Syafri W, MM, Faisal Mursyid, SH., Bambang Supeno dan Jenniwardin.

Selanjutnya dibentuk susunan pengurus Klub Sriwijaya FC yang merupakan gabungan orang-orang yang telah berkecimpung di PS. Palembang dan Pemprov Sumsel lewat Surat Keputusan Gubernur Sumatera Selatan No. 609/KPTS/III/2004 tentang Pembentukan Pengurus Sriwijaya Football Club tanggal 23 November 2004, dengan Ketua Umum Bapak H. Syahrial Oesman dan Ketua Harian Bapak H. Bakti Setiawan.

Sriwijaya FC sempat terseok-seok di masa awal berdirinya, dengan berada di peringkat 9 Divisi Utama dan masuk 32 besar pada Piala Indonesia pada 2005, kemudian peringkat 6 Divisi Utama dan masuk 32 besar Piala Indonesia pada tahun 2006, tapi lambat laun tren positif mulai memayungi Sriwijaya FC.

Prestasi klub yang dijuluki Laskar Wong Kito ini melambung ketika menjuara Kompetisi Divisi Utama (Kompetisi sepak bola profesional tertinggi di Indonesia) pada musim 2007-2008. Tak terhenti di sana, Laskar Wong Kito juga menyempurnakannya dengan meraih gelar juara Turnamen Piala Indonesia tahun 2008, sehingga gelar sebagai Tim “Double Winner” langsung melekat bagi Sriwijaya FC. 

Berkat prestasi itu, Sriwijaya FC juga terpacu untuk menggondol sejumlah prestasi lain yakni Tim Paling Fair Play versi Group Jawa Pos, Rekor MURI atas Double Winner tersebut. Kebanggaan pun bertambah karena Sriwijaya FC mendapat kesempatan mewakili Indonesia berlaga di ajang AFC Liga Champion Asia tahun 2009.

Pada tahun 2009 juga, meskipun kepengurusan Sriwijaya FC telah berganti, klub ini berhasil menjadi Juara Turnamen Piala Indonesia untuk kedua kalinya sehingga pada tahun 2010 mewakili Indonesia Mengikuti AFC Cup 2010. Pada AFC Cup kali ini, Sriwijaya FC bisa menembus babak 16 Besar.

Prestasi Sriwijaya FC terus berlanjut, dan lebih membanggakan lagi karena pada 2010 kembali menjadi Juara Turnamen Piala Indonesia, yang artinya mencetak “hattrick” Piala Indonesia.

Lalu pada 2010, Sriwijaya FC menjadi juara Inter Island (antar Pulau) Cup, juara Community Shield (Juara Liga vs Juara Turnamen Piala Indonesia, dan meraih Rekor MURI atas prestasi tiga kali berturut-turut menjuarai Piala Indonesia. 

Kemudian pada tahun yang sama, menjadi terpilih menjadi Tim Paling Fair Play versi PT Liga Indonesia dan mewakili Indonesia pada ajang AFC Cup 2010 dengan berhasil menembus babak 16 besar.

Pada 2011, Sriwijaya FC menembus peringkat 5 Kompetisi Super Liga Indonesia dan menjadi juara Babel Cup 2011. Kemudian pada 2012, Sriwijaya FC kembali melambung dengan menjadi juara Super Liga Indonesia musim kompetisi 2011-2012, Runner Up Celebes Cup 2012, juara Inter Island Cup 2012. Sedangkan pada 2012, SFC menjadi juara Super Liga Indonesia U-21 untuk musim kompetisi 2012-2013. Pada 2014, menjadi Runner Up Super Liga Indonesia U-21.

Lalu pada 2015, menjadi finalis Piala Presiden, 2016 tembus babak 8 besar Piala Presiden dan sekaligus masuk empat besar Piala Bhayangkara. Sedangkan pada tahun 2017 sebatas peringkat 11 Liga Indonesia. Namun, pada 2018, Sriwijaya FC kembali menggeliat dengan menjadi juara III Piala Presiden dan menjuarai turnamen Piala Gubernur Kaltim. Dengan semua prestasi yang ditorehkan tersebut, bisa dikatakan hampir semua gelar sudah dikoleksi oleh Sriwijaya FC. (*/bersambung).