SKB-Sekolah Filial Palembang Belum Terima Kuota Internet Gratis

Nama-nama para siswa telah didaftarkan untuk mendapatkan kuota internet gratis dari Pemerintah. Namun sampai saat ini para siswa Sekolah Filial dan Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Kota Palembang belum menerima Kuota Internet Gratis tersebut .


Hal ini dikatakan oleh Kepala Sekolah Filial dan SKB kota Palembang Herman Wijaya. Ia mempertanyakan mengapa institusi pendidikan yang ia kelola tidak tersentuh bantuan dari Pemerintah Kota (Pemkot) untuk mendapatkan kuota internet secara gratis.

"Anak didik kami belum terima program kuota gratis dari Dinas Pendidikan Palembang," ujarnya, Rabu (22/9/2020).

Herman juga menilai bahwa pembagian kuota internet gratis dari Pemerintah Pusat belum merata. Padahal sekolah yang ia pimpin juga membutuhkan kuota gratis, untuk memperlancar belajar secara dalam jaringan (daring).

"Iya selama ini kan sekolah kita menerapkan dua sistem, yakni daring dan luring. Kalau prosesnya daring tersebut, yang pasti siswa kita juga membutuhkan kuota tersebut," katanya.

Padahal, menurut Herman, pihaknya telah mendaftarkan nama-nama siswa untuk mendapatkan program penyaluran kuota gratis dari Kementreian Pendidikan dan Kebudayan (Kemendikbud) melalui Disdik Palembang.

"Nama semua anak sudah kita data dan dimasukkan ke Aplikasi Dapodik. Tapi sampai sekarang kita belum menerima tindak lanjutnya," ungkap dia.

Herman menuturkan, selain belum menerima kuota internet gratis, program wifi yang digagas Disdik Palembang pun tak dianggarkan untuk sekolah Filial. Program itu hanya untuk sekolah umum saja, sementara para siswa di sekolah Filial harus gigit jari.

"Anak-anak biasanya menggunakan WiFi sekolah yang harus dibayar sendiri oleh kami," tuturnya.

Dijelaskannya, sekolah Filial pun baru melaksanakan kegiatan belajar mengajar (KBM) secara daring sejak tiga bulan lalu. Hal tersebut. Karena para siswa mereka tidak memiliki perangkat belajar online seperti gawai (gadget), sehingga efektivitas belajar juga tak berjalan normal.

"Siswa Filial ini kan untuk anak-anak putus sekolah dan anak jalanan. Beda halnya dengan sekolah pada umumnya yang diisi siswa yang memiliki ekonomi menengah ke atas. Semua aktivitas yang telah kita programkan sampai sekarang belum berjalan. Sesekali melaksanakan pembelajaran jarak jauh, tapi kelemahannya ada anak yang tidak memiliki gawai," tutupnya.[ida]