Siswa SMAN 1 Muara Enim dianiaya Senior Paskibra

Lingkungan SMA 1 Muara Enim/Foto:RMOL
Lingkungan SMA 1 Muara Enim/Foto:RMOL

Mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah tentu menjadi motivasi tersendiri bagi siswa dalam menjalankan kegiatan belajar mengajar di sekolah, namun sayang saat sedang mengikuti salah satu kegiatan ekstrakurikuler Paskibra di sekolahnya, seorang siswa kelas X Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Muara Enim mendapatkan tindak kekerasan fisik dari oknum seniornya di sekolah.


Menurut informasi, di mata teman-teman sekolahnya korban dengan inisial ZA ini memang gemar dan memiliki motivasi lebih dalam mengikuti ekskul di sekolahnya, selain Paskibra dirinya juga aktif mengikuti seni bela diri Taekwondo.

Diketahui kejadian tersebut terjadi pada, Selasa (1/3) sore hari sekitar pukul 15:00 WIB, ayah korban Ahmad Raminto saat dikonfirmasi oleh kantor berita RMOLsumsel.id di kediamannya, Rabu (2/3) membenarkan adanya kejadian tersebut, dirinya sangat menyayangkan tindakan yang dilakukan oleh oknum senior anaknya di sekolah itu.

Atas kejadian ini, lanjut Ahmad, dirinya berharap ada tindakan tegas dari pihak sekolah, minimal anak yang melakukan penganiayaan tersebut dikeluarkan dari sekolah. "Jika tidak ada tindakan tegas dirinya akan menempuh jalur hukum dan membawa permasalahan ini ke pihak yang berwajib," ujarnya.

Dikatakan Ahmad, akibat perlakuan seniornya tersebut, ZA sempat dibawa ke Rumah Sakit (RS) H. M Rabain Muara Enim, untuk menjalani pemeriksaan, karena ZA mengaku mengalami nyeri pada bagian dada dan saat ini ZA mengalami trauma psikis dan enggan pergi ke sekolah. 

"Anak saya menderita memar di bagian dada dan mengalami gangguan pernapasan sehingga saya bawa ke RS H. M Rabain Muara Enim," ungkapnya.

Disinggung mengenai kronologi kejadian, Ahmad mengatakan, ZA ini dilatih oleh seniornya di sekolah, kemudian dalam agenda kegiatan tersebut ZA ditutup mata dan disuruh memasuki salah satu ruangan di sekolahnya.

"Di dalam kelas itulah mereka mengalami peganiayaan ringan sehingga menyebabkan memar tadi, kalau menurut keterangan anak saya siswa yang ditutupi matanya di ruangan tersebut ada tiga orang," ungkapnya.

Jadi, lanjut Ahmad,  ada dua siswa lagi yang mengalami kejadian serupa namun mereka tidak berani melapor. "Menurut keterangan keluarga melalui istri saya pihak sekolah sudah mencoba mediasi, tapi saya tetap tidak menerima perlakuan terhadap anak saya ini," tegasnya.

Sementara itu, kepala sekolah SMAN 1 Muara Enim, Ritta Riana mengatakan, pihak sekolah sudah mencoba memfasilitasi kedua belah pihak untuk melakukan mediasi, namun sampai saat ini masih menunggu hasil dari mediasi tersebut.

"Kejadian tersebut di luar kontrol kita, kita sudah mengecek bahwa pembina pada saat kejadian itu ada, kami pun belum tahu permasalahannya, namun pembimbing kegiatan tersebut hadir mendampingi kegiatan itu," jelasnya.

Paskibra ini, terang Rita, memang salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang dapat diikuti oleh anak-anak di sekolah, kejadian ini secara prosedural tidak ada perlakuan semacam itu, namun kejadian ini mungkin di luar kontrol anak-anak.

Saat ditanya mengenai kondisi korban, Ritta menerangkan, sepengetahuan pihak sekolah, korban saat ini masih istirahat di rumah dan belajar melalui daring. "Sepengetahuan kami, kalau luka sampai berdarah itu tidak ada, namun kemarin memang sempat mengeluh sakit dan dibawa ke rumah sakit," terangnya.

Untuk seleksi sendiri, Lanjut Ritta, para siswa masih menunggu dan statusnya masih latihan untuk menjadi pasukan pengibar, latihan ini merupakan kegiatan menuju seleksi pasukan pengibar tingkat kabupaten. "Jadi anak-anak sempat izin ke pembina untuk melaksanakan latihan dan itu pun hanya sebentar dari jam 14:00 samai jam 15:00 WIB. Dengan adanya kejadian ini, tentu pihak sekolah akan memperketat lagi pengawasan," tegas Ritta.