Di tengah ketegangan politik antara pemerintah monarki dan parlemen Kuwait, Putra Mahkota Sheikh Meshal al-Ahmad al-Sabah membuat kebijakan yang cukup menggegerkan.
- Projo Sumsel Siap Menangkan Prabowo-Gibran
- Perubahan Kursi di Dapil III Sumsel, Giri: Kita Tetap Optimis Raih Hasil Maksimal
- Kenaikan Harga BBM, Politisi PDIP Ini Sebut Momen Daerah Bangun Jaringan Transportasi Massal
Baca Juga
Pasalnya, ia memutuskan untuk kembali menunjuk Sheikh Ahmad Nawaf al-Sabah sebagai perdana menteri dan memintanya untuk mencalonkan kabinet.
Menurut kantor berita resmi KUNA pada Minggu (5/3), keputusan itu diambil sebulan setelah pemerintah mengakhiri gesekan dengan parlemen Kuwait.
Putra Mahkota memutuskan untuk menunjuk Sheikh Ahmad sebagai PM, membubarkan parlemen dan mengadakan pemilihan awal, di mana anggota oposisi memperoleh keuntungan.
Ketegangan muncul kembali ketika anggota parlemen menekan pemerintah atas keringanan utang, di mana negara akan membeli pinjaman pribadi warga negara Kuwait.
Kebuntuan berkepanjangan antara pemerintah dan parlemen terpilih telah menghambat upaya produsen minyak Arab Teluk yang kaya itu untuk mendorong reformasi fiskal, termasuk undang-undang utang yang memungkinkan Kuwait memasuki pasar internasional.
- Demokrat Take Down Gambar Anies, Imbas Surya Paloh Cawapreskan Cak Imin
- Biden Peringatkan Netanyahu Soal Serangan ke Rafah
- Cak Nanto Kutuk Keras Penembakan terhadap Mantan Sekjen Pemuda Muhammadiyah