Di tengah kemajuan teknologi yang semakin pesat seperti saat ini, tidak hanya memberikan kemudahan dalam beraktivitas. Namun juga memberikan celah bagi oknum nakal untuk menguntungkan diri sendiri, salah satunya dengan Remote Access Trojan (RAT).
- Soal Investasi Aset Kripto Buatan Indonesia, Ini Kata Bappebti
- Kolaborasi dengan Edison Alliance, Kredivo Buka Akses Keuangan Digital bagi 20 Juta Konsumen di Asia Tenggara
- BI Perwakilan Sumsel Sasar Penggunaan QRIS di Lingkungan Pemerintah
Baca Juga
RAT sendiri merupakan program malware jenis Trojan Horse yang mencakup pintu belakang (Backdoor). Malware yang disusupkan pada perangkat komputer tersebut memungkinkan oknum nakal untuk mengontrol administratif atas komputer korban.
Seperti dijelaskan Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri melalui akun Instagram resminya, @ccicpolri bahwa terdapat ciri-ciri bahwa komputer terkena serangan dari RAT.
“Koneksi lambat, aplikasi berjalan tanpa dikendalikan, file tiba-tiba berubah dan hilang tanpa sepengtahuan, hingga adanya program yang tidak kamu install,” tulis pada unggahan Polri.
RAT memungkinkan penjahat untuk mengawasi komputer korban. Mulai dari mendengarkan audio, mengawasi kamera, merekam semua tampilan pada komputer hingga menyebarkan malware ke perangkat lain.
Namun jangan khawatir, serangan RAT dapat dihindari dengan menerapkan beberapa tips berikut. Mulai dari pastikan keamanan perangkat lunak dan sistem operasi terupdate. Pastikan juga firewall dalam keadaan aktif dan mengunduh aplikasi atau perangkat lunak lainnya dari sumber yang terpercaya.
Kemudian tutup webcam ketika tidak digunakan, cadangkan data secara teratur, berhati-hati ketika menjelajah internet, jangan sembarang mengklik tautan mencurigakan, hingga selalu mengupdate versi terbaru browser yang digunakan.
- Transaksi Uang Elektronik Capai Rp27,1 Triliun
- Indonesia Kantongi Rp23 Triliun dari Setoran Pajak Kripto Hingga Fintech
- Bappebti Tetapkan Bursa, Kliring, dan Pengelola Tempat Penyimpanan Aset Kripto