Putra Legenda Klub Asal Surabaya Cetak Brace, Singapura Lumat Myanmar

Striker Singapura Ikhsan Fandi menyundul bola yang berujung gol keduanya ke gawang Myanmar pada pertandingan di National Stadium, Singapura, Minggu malam (5/12). (AFF Suzuki Cup 2020/rmolsumsel.id)
Striker Singapura Ikhsan Fandi menyundul bola yang berujung gol keduanya ke gawang Myanmar pada pertandingan di National Stadium, Singapura, Minggu malam (5/12). (AFF Suzuki Cup 2020/rmolsumsel.id)

Singapura mendominasi Myanmar pada laga pertama kedua tim di Grup A Piala AFF Suzuki 2020. Bertanding di National Stadium, Singapura, Minggu malam (5/12), The Lion melumat The Asian Lions 3 gol tanpa balas.


Mengurung pertahanan Myanmar sejak menit awal pertandingan, Singapura gagal mengkonversi peluang yang didapat menjadi gol. Kebuntuan baru pecah di 10 menit akhir babak pertama.

Menyambut bola sepak pojok, sundulan Safuwan Baharudin di menit 35 berhasil mengoyak gawang Myanmar yang dijaga Myo Min Laat.

Gol itu dilengkapi dengan brace dari Ikhsan Fandi yang merupakan putra legenda klub asal Surabaya Niac Mitra, Fandi Ahmad. Pemain yang merumput di Liga Norwegia tersebut mencetak gol di menit 39 dan 45+1.

Ikhsan membukukan gol pertama setelah menyelesaikan serangan balik dengan cara klinis saat masuk ke dalam kotak penalti dan melepaskan satu sepakan keras mendatar ke tiang jauh.

Gol kedua Ikhsan didapatkan melalui situasi set piece tendangan bebas. Ikhsan menyundul bola yang tidak dapat diantisipasi dengan baik oleh Min Laat.

Di babak kedua, Singapura tidak mengurangi tekanan ke pertahanan Myanmar. Namun tidak ada tambahan gol yang didapat.

Sementara Myanmar bukan tanpa peluang. Myanmar memaksa penjaga gawang tuan rumah Hassan Sunny melakukan penyelamatan krusial saat menggagalkan upaya pemain pengganti Win Naing Tun pada menit 69 sebelum upaya lainnya diblok Ikhsan di dalam kotak penalti pada menit 78.

“Para pemain sedikit gugup dan pertandingan pertama selalu spesial. Tetapi yang paling penting adalah kami mendapat 3 poin dan saya bangga dengan penampilan para pemain. Kami tahu bisa berkembang dan menjadi lebih baik,” ujar pelatih Singapura, Tatsuma Yoshida.

Pelatih Myanmar, Antoine Hey menyebut kekalahan ini sebagai akibat terbatasnya persiapan yang dilakukan timnya.

“Pemain kekurangan atmosfer pertandingan mengingat pertandingan liga terakhir di Myanmar adalah pada Oktober 2020. Kami tahu pemain tidak memiliki ritme pertandingan yang seharusnya mereka miliki dan itu merugikan kami di 45 menit pertama,” kata pelatih asal Jerman itu.

Antoine Hey mengatakan, tim bertahan dengan buruk terutama saat mengantisipasi situasi set piece dan serangan balik Singapura yang begitu cepat.

“Kami bertahan dengan buruk dari sepak pojok dan juga dari serangan balik, meskipun saya pikir ketika kami menguasai bola, kami bermain tidak terlalu buruk. Ini bukan kemenangan karena kualitas permainan Singapura, tetapi karena kesalahan kami sendiri,” tukasnya.